maqomat dan al-ahwal


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Perkembangan islam awaldi asia tenggara dapat di klasifikasikan menjadi tiga fase: Pertama  fase singgahnya para pedagang muslim di pelabuhan-pelabuhan Asia tenggara; Kedua adanya komunitas-komunitas Muslim di beberapa daerah di Nusantara:Ketiga adalah fase berdirinya kerajaan-kerajaan islam.[1]Namun dalam Makalah ini akan lebih memfokuskan pembahasan pada fase yang di sebutkan terakhir ini.
Proses Islamisasi massif di Asia tenggara tidak dapat di lepaskan dari peranan kerajaan Islam,selanjutnya diikuti para pembesar istana,kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata.Dalam perkembangan selanjudnya kesultannan memainkan peranan penting tidak hanya dalam kemampanan kesultanan sebagai instituti politik muslim pembentukan dan pengembangan instuti-instuti Muslim lainnya,seperti pendidikan dan hukum(peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah islam.Diantara kerajaan islam dimaksud adalah kerajaan samudra pasai,kesultanana Malaka,Kesultanan Aceh Darussalam,dan palembang.
1.2.      Tujuan dan Manfaat
ü  Untuk mengetahui Islam Pada Masa Kesultanan  Di Asia Tenggara
ü  Untuk menambah wawasan Mahasiswa tentang Islam Pada Masa Kesultanan  Di Asia Tenggara
ü  Untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam di Asia Tenggara


BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Kerajaan Samudra Pasai
2.1.1.           Sejarah kerajaan samudra pasai
Aceh yang secara giografis terletak di utara pulau sumatra di pandang sebagai daerah pertama yang menerima islam di nusantara. Konon Kerajaan Islam Perlak telah berdiri sejak abat ke-9 Masehi.Pendapat ini di kemukakan antara lain oleh Yunus Jamil dan Hasymi,yang telah didirikan pada 225H/845M  pendirinya adalah para pelaut pedagang mualim asal Persia,Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengislamkan penduduk setempat.
Kerajaan islam berikutnya adalah Samudra Pasai yang merupakan Kerajaan kembar.Kerajaan ini terletak di pesisir Timur laut Aceh,dan di perkirakan mulai berdiri pada awal atau pertengahan abad ke-13 M ,sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daaerah pantai yang pernah di singgahi pedagang-pedagang muslim sejak abas ke-7 dan ke-8 M dan seterusnya keberadaan kerajaan ini di buktikan oleh adanya batu nisan terbuat dari geranik asal Samudra Pasai.Di batu nisan itu tertulis nama Raja pertama kerajaan itu Mallik al-Shaleh,yang meniggal pada bulan rhamadan tahun 696H,diperkirtakan bertetapan dengan tahun 1297 M.Malik al-Saleh adalah pendiri kerajaan sekaligus Raja pertama kerajaan ini .Hal ini di ketahui melalui cerita lisan secara turun temurun dan kemudian di buku kan dalam hikayat-hikayat raja-raja Pasai,hikayat Melayu,dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang di lakukan sarjana-sarjana barat.
Dalam hikayat-hikayat raja-raja pasai di ceritakan bahwa raja mereka merah silu adalah orang pertama yang memeluk ajaran islam di kerajaan itu.Begitu ia di islamkan oleh syekh Ismail,ia merubah namanya menjadi Sultan Malik Al-Shaleh dan kerajaannya di sebut kesultanan.Ia dikisahkan menikah dengan raja Perlak.dari pernikahan tersebut,mereka di karuniaidua orang  anak ,sehingga muncul kerajaan gabungan Samudra pasai .
2.1.2         Silsilah Raja-raja
Berikut nama-nama sultan/sultanah yang diketahui pernah memimpin Kesultanan Samudera Pasai:[2]
1)        Sultan Malik Al-Salih (1267-1297)
2)         Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297–1326)
3)         Sultan Malikul Mahmud
4)        Sultan Malikul Mansur
5)         Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383)
6)         Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405)
7)         Sultan Shalahuddin (1405– 1412)
8)        Sultanah NAhrasiyah atau Sultanah Nahrisyyah (1420-1428)
9)        Sultan Abu Zaid Malik (1455)
10)     Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477)
11)     Sultan Zain AL-Abidin (1477-1500)
12)    Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513)
13)     Sultan Zain Al-Abidin (1513-1524)
2.1.3          Saksi Sejarah Kejayaan Pasai
Sebagai kerajaan Islam pertama yang pernah berjaya di bumi Nusantara, Samudera Pasai meninggalkan berbagai peninggalan penting.Berikut adalah saksi sejarah kejayaan Samudera Pasai.
* Deureuham atau Dirham
Dirham merupakan alat pembayaran dari emas tertua di Asia Tenggara.Mata uang ini digunakan Samuedera Pasai sebai alat pembayaran pada masa Sultan Muhammad Malik al-Zahir.Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.
* Makam Sultan Malik Al-Saleh .
Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
* Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.
* Malik Al-Saleh
Menurut Marco Polo, Malik Al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia merupakan sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, sang Sultan bernama Merah Silu. Setelah masuk Islam, ia diberi sebuah nama yang biasa digunakan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
2.1.4.      Daerah Kekuasaan
Pada kurun abad ke-14, nama Kesultanan Samudera Pasai sudah sangat terkenal dan berpengaruh serta meiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Wilayah kekuasaan Kesultanaan Samudera Pasai pada masa kejayaannya terletak di daerah yang diapit dua sungai besar di Pantai utara Aceh, yaitu Sungai Peusangan dan Sunga Pasai.Daerah kekuasaan Kesultanan Samudera Pasai tersebut juga meliputi Samudera Geudong (Aceh Utara), Meulaboh, Bireuen, serta Rimba Jreum dan Seumerlang (Perlak).
2.1.5.   Kehidupan Agama, Sosial, Budaya dan Politik
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam.Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik.Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu.Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi.Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP).Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf.Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa
Kerajaan islam tertua ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang utama kita di kepulauan Nusantara kala itu disini pula peradabandan kebudayaan islam tumbuh dan mekar.kerajaan samudra pasai muncul seiring dengan mundurnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya,yang sebelumnya memegang peranan pentig di kawasan sumatra dan sekelilingnya.Samudra Pasai pada waktu itu di tinjau dari segi geografis,dan sosial ekonomi memang merupakan suatu daerah yang penting  pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia,India,Cina,dan Arab.Ia merupakan pusat perdagangan yang sangat penting.Adanya mata uang itu (dirham ) membuktikan bahwa kerajaan yang makmur.
Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1521 ketika protugis kemudian menguasainya selama tiga tahun setelah itu ,pada tahun 1524 M,Kerajaan ini di ambil oleh raja Aceh,Ali Mughayat Syah,untuk selanjutnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh Darusalam.



2.2.            Kesultanan Malaka
2.2.1.       Sejarah Berdirinya Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan.Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga.Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli.
Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal.
Kemudian Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir pantai.Orang-orang Seletar ykang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
2.2.2.       Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif.Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan.Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka.Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit.Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini.Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.
Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut.Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah (1459—1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya.Di samping itu, hubungan baik dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan.Pada tahun 1405 seorang duta Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan Malaka.Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka.
Di masa Sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Li Po, putri Maharaja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan Sultan Mansur Shah. Dalam prosesi perkawinan ini, Sultan Mansur Shah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring ke negeri China untuk menjemput dan membawa Hang Li Po ke Malaka. Rombonga ini tiba di Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, Malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.Dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik ini, peran Laksamana Malaka Hang Tuah sangat besar.Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan.Ia menguasai bahasa Keling, Siam dan Cina.
Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa dimulai dari paroh abad ke-15,islam telah menjadi unsur yang tidak terpisah dari kehidupan malaka,pusat kunci dari maan islam menyebar keseluruh bagian lain di nusantara.Sebagai pusat pengajian Islam,Malaka begitu pekat terhadap perkembangan Islam.Langkah para sultan yang menitik beratkan pada pelayanan terhadap alim ulama memungkinkan islam berkembang pesat.sementara itu islamyang mempunyai dasar fisiologis dan rasional yang kuat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan melayu.dalam kehidupan sehari-hari ajaran islam dan nilai yang konsisten dengan islam menjadi sumber penuntun hidup yang penting bagi melayu.
2.3.            Kesultanan Aceh Darussalam
2.3.1.      Kedatangan dan Penetrasi Islam
Aceh yang secara geografis terletak diutara pulau sumatra, dipandanng sebagai daerah pertama yang menerima islam di Nusantara. Kesultanan Aceh Darussalam memulai pemerintahannya ketika Kerajaan Samudera Pasai sedang berada di ambang keruntuhan.Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit hingga mengalami kemunduran pada sekitar abad ke-14, tepatnya pada 1360.
Pada masa akhir riwayat kerajaan Islam pertama di nusantara itulah benih-benih Kesultanan Aceh Darussalam mulai lahir. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura.
            Diduga raja pertama kerajaan aceh adalah  Ali Maghayat Syah. Pada masa pemerintahannya,Ali Maghayat Syah meluaskan wilayah kekuasaannya kedaerah pidie yang bekerjasama Portugis, kemudian kepasai pada tahun 1524 M. K esultana Aceh darussalam didirikan atas dasar islam. Islamlah yang menjadi dar bagi adanya kekuasaaan kesultanana itu.
2.3.2.      Silsilah
Sepanjang riwayat dari awal berdiri hingga keruntuhannya, Kesultanan Aceh Darussalam tercatat telah berganti sultan hingga tigapuluh kali lebih. Berikut ini silsilah para sultan/sultanah yang pernah berkuasa di Kesultanan Aceh Darussalam :
1.      Sulthan Ali Mughayat Syah (1496-1528)
2.      Sulthan Salah ad-Din (1528-1537)
3.      Sulthan Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Kahar (1537-1568)
4.      Sulthan Husin Ibnu Sultan Alauddin Ri`ayat Syah (1568-1575)
5.      Sulthan Muda (1575)
6.      Sulthan Sri Alam (1575-1576)
7.      Sulthan Zain Al-Abidin (1576-1577)
8.      Sulthan Ala al-din mansyur syah (1576-1577)
9.      Sulthan Buyong atau Sultan Ali Ri`ayat Syah Putra (1589-1596)
10.  Sulthan Ala`udin Ri`ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu (1596-1604)
11.  Sulthan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12.  Sulthan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636)
13.  Sulthan Iskandar Tsani (1636-1641)
14.  Sulthanah (Ratu) Tsafiatu' ddin Taj 'Al-Alam / Puteri Sri Alam (1641-1675)
15.  Sulthanah (Ratu) Naqi al-Din Nur Alam (1675-1678)
16.  Sulthanah (Ratu) Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)
17.  Sulthanah (Ratu) Kamalat Sayah Zinat al-Din (1688-1699)
18.  Sulthan Badr al-Alam Syarif Hasyim Jamal al-Din (1699-1702)
19.  Sulthan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
20.  Sulthan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)
21.  Sulthan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22.  Sulthan Syams al-Alam (1726-1727)
23.  Sulthan Ala al-Din Ahmad Syah (1723-1735)
24.  Sulthan Ala al-Din Johan Syah (1735-1760)
25.  Sulthan Mahmud Syah (1760-1781)
26.  Sulthan Badr al-Din (1781-1785)
27.  Sulthan Sulaiman Syah (1785-1791)
28.  Sulthan Alauddin Muhammad Daud Syah (1791-1795)
29.  Sulthan Ala al-Din Jauhar Alam Syah (1795-1815)
30.  Sulthan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31.  Sulthan Ala al-Din Jauhar Alam Syah (1818-1824)
32.  Sulthan Muhammad Syah (1824-1838)
33.  Sulthan Sulaiman Syah (1838-1857)
34.  Sulthan Mansyur Syah (1857-1870)
35.  Sulthan Mahmud Syah (1870-1874)
36.  Sulthan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
2.3.3.      Kehidupan Politik, Agama, Sosial dan Budaya
Daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam, dari masa awalnya hingga terutama berkat andil Sultan Iskandar Muda, mencakup antara lain hampir seluruh wilayah Aceh, termasuk Tamiang, Pedir, Meureudu, Samalanga, Peusangan, Lhokseumawe, Kuala Pase, serta Jambu Aye. Selain itu, Kesultanan Aceh Darussalam juga berhasil menaklukkan seluruh negeri di sekitar Selat Malaka termasuk Johor dan Malaka, kendati kemudian kejayaan pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda mulai mengalami kemunduran pasca penyerangan ke Malaka pada 1629.
Selain itu, negeri-negeri yang berada di sebelah timur Malaya, seperti Haru (Deli), Batu Bara, Natal, Paseman, Asahan, Tiku, Pariaman, Salida, Indrapura, Siak, Indragiri, Riau, Lingga, hingga Palembang dan Jambi. Wilayah Kesultanan Aceh Darussalam masih meluas dan menguasai seluruh Pantai Barat Sumatra hingga Bengkulen (Bengkulu).Tidak hanya itu, Kesultanan Aceh Darussalam bahkan mampu menaklukkan Pahang, Kedah, serta Patani.
Penduduk Aceh sangat gemar berniaga.Mereka berbakat dagang karena memiliki cukup banyak pengalaman dalam bidang tersebut.Selain itu, kebanyakan masyarakat Aceh juga ahli dalam sektor pertukangan.Banyak di antara penduduk Aceh yang bermatapencaharian sebagai tukang emas, tukang meriam, tukang kapal, tukang besi, tukang jahit, tukang periuk, tukang pot, dan juga suka membuat berbagai macam minuman.Mengenai alat transaksi yang digunakan, pada sekitar abad ke-16, masyarakat Aceh yang bernaung di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam sudah mengenal beberapa jenis mata uang.Uang yang digunakan di Aceh kala itu terbuat dari emas, kupang, pardu.
2.3.4.      Keruntuhan Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh Darussalam pernah pula dipimpin oleh seorang raja perempuan. Ketika Sultan Iskandar Tsani mangkat, sebagai penggantinya adalah Taj`al-`Alam Tsafiatu`ddin alias Puteri Sri Alam, istri dari Sultan Iskandar Tsani yang juga anak perempuan Sultan Iskandar Muda. Ratu yang dikenal juga dengan namaSri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam ini memerintah Kesultanan Aceh Darussalam selama 34 tahun (1641-1675).
Masa pemerintahan Sang Ratu diwarnai dengan cukup banyak upaya tipu daya dari pihak asing serta bahaya pengkhianatan dari orang dalam istana. Masa pemerintahan Ratu Taj`al-`Alam Tsafiatu`ddin selama 34 tahun itu tidak akan bisa dilalui dengan selamat tanpa kebijaksanan dan keluarbiasaan yang dimiliki oleh Sang Ratu. Dalam segi ini, Aceh Darussalam bisa membanggakan sejarahnya karena telah mempunyai tokoh wanita yang luar biasa di tengah rongrongan kolonialis Belanda yang semakin kuat.
Kemunduran kesultanan aceh selain di sebabkan oleh faktor internal juga sangat depengaruhi oleh faktor eksternal.Sejak awal abad ke-16 kesultanan aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjanga, pertama dengan portugis, lalu sejak abad ke-18 dengan inggris dan belanda. Pada akhir abad ke-18 aceh terpaksa menyehkan wilayahnya de kedah dan pulau pinang kepada inggris.[3]

2.4.             Islam di Jawa
Pendapat lain mengatakan bahwa islam datang ke jawa pada abad ke-15M.Islam berkembang di jawa bersamaan dengan melemanya kekuasaan dengan melemahnya kerajaan Maja Pahit.pada saat Kerajaaan Maja Pahit mengalami masa surut,secara praktis wilayah-wilayah kekuasaan nya mulai memisahkan diri.salah satu sistem pemerintahan yang kemudian berkembang menjadi kerajaan tersendiri adlah Demak,berikutnya Pajang,Mataram,Cirbon,dan Banten.
2.4.1.      Kesultanan Demak
Demak adalah kerajaan islam pertama di jawa.sebelumnya,Demak merupakan daerah pasal maja pahit yang di percayakan raja maja pahit kepada anaknya,Raden Patah.Raden patah sendiri kemudian menjadi raja pertama kesultnanan demak.Menurut Moedjanto,Sepanjang periode demak,ulama jawa merupakan tokoh-tokoh politik dan keagamaan yang utama sehingga mereka bisa menguasai raja dan bangsawan lokal.
Sunan Ampel (Raden Rahmat )turut membidani lahirnya kerajaan islam pertama di jawa.pada pertengahan abat 15,pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah nusantara bahkan mancanegara.diantara para santri nya adalah Sunan Giri dan Raden Patah . Para santri tersebut kemudian di sebarnya nya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Kepada santrinya Sunan Ampel memberikan pengajaran sedarhana yang  menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.dia lah yang mengenalkan istila “MO LIMO” (Moh main ,Moh ngombe,Moh maling,Moh madon,).yakni serusan untuk tidak berjudi,tidak emminum-minum keras,tidak mencuri,tidak menggunakan narkotik,dan tidak berzina.S    elain Sunan Ampel putranya Sunan Bonang juga turut menjadi penyokong penyebaran islam di kesultanan demak.
2.4.2.      Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut kesultanan demak,yang didirikan oleh Jaka tingkir yang berikudnya lebih di kenal dengan gelar Sultan Adi Wijaya.kesultanan ini merupakan kerajaan islam pertama yang terletak didaerah pedalaman pulau jawa.pada awal berdiri nya tahun 1949 wilayah kesultanan pajang hanya meliputi sebagian jawa tengah saja karena negeri-negeri jawa timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian sultan Tren Gono.Di bawah pemerintahan sultan Adi Wijaya kekuasaan kesultanan pajang berhasil meluas keberbagai daerah pedalaman sampai ke madiun glora dan kediri pada tahun 1968 sultan Adi Wijaya dan para Adi Pati jawa timurdi pertemukan di giri kedaton oleh suna Para Pen.
Dalam kesempatan itu,para Adi Pati sepakat mengakui ke daulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur.Negeri kuat lainnya yaitu Madura juga berhasil ditundukkan oleh pajang pemimpinnya yang bernama Raden Para Tanu alias penambahan lemah duwur juga di ambil sebagai menantu Sultran AdiWijaya.Pada tahun 1582 mataram yang dipimpin oleh sultan Wijaya melakukan pemberontakan,karena adik iparnya Tumenggung Mayang di hukum buang oleh Sultan Adi Wijaya ke Semarang.
Pemberontakan ini berakhir menjadi perang antara kesultanan Pajang dan Mataram,yang di menangkan oleh pihak Mataram meskipun pasukan Pajang berjumlah lebih besar.Sepulang daeri perang,sultan Adi W ijaya jatuh sakit dan meninggal dunia pada tahun 1987.Sepeninggalan sultan,terjadi persaingan antara putradan menantunya.yaitu pangeran Benawa dan Arya Panggiri sebagai raja selanjutnya.

2.4.3.      Kesultanan mataram.
Setelah pamor kesultanan pajang surut kerajaan mataram muncul sebagai sebuah kerajaan islam pada paruh kedua abad XVI M. Wilayah kekuasaan mataram terbatas pada daerah jawa tengah sekarang, mewarisi bekas wilayah kekuasaan pajang. Tahu 1619 dibawah pemerintahan sultan agung, praktis seluruh tanah jawa berada dibawah pemerintahan kesultanan ini, termasuk madura. Pada masa ini pula kesultanan mataram pertama kali dilakukan perubahan tata hukum dibawah pengaruh hukum islam.
Dimasa pemerintahan sultan agung, kompliks dan kontak bersenjata dengan VOC mulai terjadi.Sultan agung menetapkan amangkurat satu sebagai putra mahkota.Sultan agung wafat pada tahun 1646 dan diganti oleh putra mahkota. Sejak 13 februari 1755 melalui perjanjian gianti kesultanan mataram terpecah menjadi dua yaitu kesultanan Ngayogyakarta dan kesultanan surakarta. Sejak saat ini berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah . Meskipun demikian , sebagian masyarakat  Jawa beranggapan bahwa kesultanan yogyakarta dan kesultanan surakarta adalah “ahli waris” dari kesultana mataram.[4]
Selain kesultanan yang dibahas diatas dijawa terdapat beberapa kesultanan lain yaitu cerobon dan banten.






BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan islam awaldi asia tenggara dapat di klasifikasikan menjadi tiga fase: Pertama  fase singgahnya para pedagang muslim di pelabuhan-pelabuhan Asia tenggara; Kedua adanya komunitas-komunitas Muslim di beberapa daerah di Nusantara:Ketiga adalah fase berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
Proses Islamisasi massif di Asia tenggara tidak dapat di lepaskan dari peranan kerajaan Islam,selanjutnya diikuti para pembesar istana,kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata.
Diantara kerajaan islam yang dimaksud adalah kerajaan samudra pasai, kesultanan malaka, kesultanan Aceh Darussalam dan palembang. Dijawa terdapat antara lain kesultanan demak yang dilanjutkan oleh kesultan pajang, kesultanan mataram ,kesultanan cerobon dan banten.












[1] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara,( Pekanbaru: Suska press,2011), hlm 16
[2] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara,( Pekanbaru: Suska press,2011),hlm 23
[3] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara,( Pekanbaru: Suska press,2011),hlm 44
[4] Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara,( Pekanbaru: Suska press,2011), hlm 55

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah reproduksi unggas

agrostologi

tingkah laku babi