nutrisi ternak ruminansia
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Usaha ternak kambing terus mengalami peningkatan
seiring dengan permintaan daging yang terus meningkat. Keberha silan suatu
usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu pakan (feeding ),
bibit unggul (breeding) dan manajemen yang baik. Penggunaan pakan yang
tepat dapat mengoptimalkan pertambahan bobot badan dan produksi daging.
Produktivitas ternak sebagian besar ditentukan oleh
kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Kualitas pakan mencakup
pengertian kandungan berbagai zat gizi, seperti energi, protein, mineral,
vitamin serta kandungan zat-zat anti nutrisi seperti tannin, lignin dan
senyawa-senyawa sekunder lain. Interaksi antar komponen zat gizi maupun zat
anti nutrisi perlu mendapatkan perhatian dalam upaya menyusun formula pakan
yang efisien dan memenuhi kebutuhan ternak untuk berproduksi tinggi.
Keseimbangan energi dan protein menjadi hal yang
penting karena dapat mempengaruhi dinamika proses fermentasi mikrobial di dalam
rumen. Meskipun demikian, sifat fisika-kimia bahan-bahan pakan sumber energi
dan protein perlu diperhatikan mengingat bahwa degradasi protein di dalam rumen
akan menghilangkan fungsi bahan tersebut sebagai sumber asam amino yang
diperlukan ternak. Degradasi bahan pakan sumber energi akan mempengaruhi
pembentukan asam-asam lemak mudah terbang di dalam rumen yang merupakan sumber
energi utama bagi ternak ruminansia.
Kuantitas pakan yang diperlukan berkaitan dengan
interaksi antara kecernaan dan kapasitas organ pencernaan, terutama kapasitas kompartemen
retikulorumen, yang akan menentukan jumlah zat gizi pakan yang sebenarnya dapat
dimanfaatkan oleh ternak. Perkembangan informasi hasil penelitian nutrisi pada
ternak ruminansia dapat dijadikan bahan untuk menentukan strategi pemberian
pakan optimal sesuai dengan tingkat produktivitas ternak. Meskipun
sebagian besar permasalahan nutrisi ternak ruminansia sudah sejak lama
dipecahkan, namun publikasi hasil penelitian yang relatif baru masih terus
dilakukan. Dalam makalah ini dikemukakan informasi terkait dengan kebutuhan
nutrisi ternak kambing, jenis-jenis makanan ternak kambing dan metode
penyusunan ransum ternak kambing.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah agar mahasiswa lebih
mengetahui jenis-jenis makanan ternak kambing, kebutuhan nutrisi ternak kambing, dan cara penyusunan ransum.
1.3.
Manfaat
Dengan
adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui informasi tentang nutrisi
ternak ruminansia khususnya kambing.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Gambaran
Umum Kambing
Ternak kambing pertama kali dijinakkan sejak jaman
prasejarah. Ternak kambing merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan
oleh manusia. Semua ternak kambing adalah binatang pegunungan yang hidup di
lereng-lereng bukit sampai lereng yang curam (Williamson danPayne, 1978). Ternak kambing
pertama kali dipelihara didaerah pegunungan Asia Barat pada kurun waktu
8.000-7.000 SM. Jadi, sebagai ternak kambing lebih tua dari pada sapi. Diduga
kambing yang dipelihara saat ini (Capra aegagrus hircus) berasal dari
keturunan tiga macam kambing liar yaitu Benzoar
goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra
aegagrus blithy) dan Markhor goat atau kambing Markhor (Capra falconeri).
Persilangan yang terjadi antara ketiga jenis kambing tersebut menghasilkan
keturunan yang subur (Mulyono dan Sarwono,
2004).
Kambing merupakan ternak jenis ruminansia kecil.
Kambing pertama kali dijinakkan pada zaman Neolitikum, di daerah Asia bagian
Barat. Kambing memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan domba namun
berbeda sifat biologisnya. Beberapa perbedaan besar antara spesies kambing dan
domba, yaitu domba memiliki stockier bodies yang lebih besar daripada
kambing. Kambing memiliki ekor yang lebih pendek daripada domba, namun memiliki
tanduk yang lebih panjang dan ada yang tumbuh ke atas, ke belakang dan keluar,
sedangkan domba melingkar dan berbentuk spiral. Kambing jantan dewasa memiliki
janggut mengelurkan bau yang khas yang berasal dari kelenjar “bandot”,
namun domba jantan tidak. Tengkorak domba mempunyai tulang air mata dan dekat
kotak matanya terdapat kelenjar praeorbital. Kambing tidak memiliki kelenjar scent
pada bagian muka dan kakinya, domba memiliki kelenjar tersebut (organ
khusus yang menyekresikan substansi aroma (pheromone) untuk menarik betina).
Biasanya kambing lebih aktif daripada domba dan memiliki sifat dan kebiasaan
suka berkelahi dan menangkis, sehingga dalam hal ini kambing dapat dengan mudah
kembali ke alam liar (Devendra dan Burns, 1994).
2.2.
Pakan Ternak Kambing
Hartadi et al. (1986) menyatakan pakan adalah
suatu bahan yang dimakan hewan yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau
keduanya) di dalam bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna
oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting
untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi. Bahan
pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat.
Konsentrat serta bahan berserat merupakan komponen atau penyusun ransum
(Blakely dan Bade, 1994).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), pakan merupakan
bahan pakan ternak yang berupa bahan kering dan air. Bahan pakan ini harus
diberikan pada ternak sebagai kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan adanya
pakan maka proses pertumbuhan, reproduksi dan produksi akan berlangsung dengan
baik. Oleh karena itu, pakan harus terdiri dari zat-zat pakan yang dibutuhkan
ternak berupa protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan,
yaitu rumput dan daun-daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun
pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan
kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan
sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di
alam terbuka. Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek
sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1 kg. Konsentrat yang
terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa
ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan
penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo,
1985). Kambing makan pakan yang tidak biasa dikonsumsi oleh hewan lain.
Pakan utama kambing adalah tunas-tunas sesuai dengan sifat alamiah
kambing
(browser). Kambing sangat efisien dalam mengubah pakan berkualitas
rendah menjadi protein yang ber kualitas tinggi (Blakely dan Bade , 1994).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan
kambing sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan
penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat
kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan
dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah
dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan
pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi.
Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya
kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput
disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan
yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum
menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK
(protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada musim hujan
sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
pakan kambing.
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang
sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung
unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada
jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam
bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan
sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan
berproduksi secara normal.
1. Sumber
energi, Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di
bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat
kelompok,yaitu:
a. Kelompok
serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok
hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok
umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok
hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala
dan rumputsetaria).
2. Sumber
protein, Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang
mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan
ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok
hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat,
ganggangdanbungkil)
b. Kelompok
hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra,gamal dan
senteroc.
c. Kelompok
bahan yang dihasilkan darihewan (tepung ikan, tepung tulang dansebagainya).
3. Sumber
vitamin danmineral, Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari
tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan
konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur,
pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).
Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan
terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan
mineralnya. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah
tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap
digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa
mineral.
2.2.1. Hijauan
pakan ternak
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot
badan (Sugeng, 1992). Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan
utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein,
sumber tenaga, vitamin dan mineral. Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak
kambing harus disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar
kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan suplementasi makanan
penguat dalam makanan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna
makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang defisien
serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan. Keuntungan yang diperoleh
dari pemberian pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya kecenderungan
mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan makanan penguat terlebih dahulu
sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkan makanan kasar yang ada.
Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang
populasinya, sehingga akan semakin banyak makanan yang harus dikonsumsi ternak
kambing.
Siregar (1995) menambahkan bahwa pemberian hijauan
terbagi menjadi 2 macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar
dengan kadar air
70% dan hijauan yang diberikan dalam
keadaan kering atau awetan. Hijauan kering dapat berupa hay, sedangkan awetan
dapat berupa silase. Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat
berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70 %
dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005). Kambing akan memperoleh semua gizi
yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa campuran daun-daunan dan rumpu-trumputan
dicampur dengan perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang
terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling
melengkapi dan menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik, pencernaan tidak
terganggu (Mulyono dan Sarwono, 2008). Hijauan pakan ternak terdiri dari 2
yaitu hijauan segar dan kering.
1.
Hijauan
pakan segar
Rumput
(graminae)
Teridiri dari 2 jenis yaitu rumput padangan/pastura dan
rumput potongan. a) Rumput padangan (pasture) Biasanya dilakukan pengaturan
tanam berdasarkan petak padangan (paddock) untuk mempertahankan kualitas dan
ketersediaan pakan sepanjang tahun. Biasanya dilakukan penyisipan legume
diantaranya rumput, untuk meningkatkan kualitas. Mempunyai ciri-ciri: Tumbuh
pendek atau menjalar dengan stolon, Menjalar dengan stolon dan rizoma, Tahan
renggutan dan injakan,
Rumput potongan (rumput kultur) Rumput ini biasanya tumbuh
tinggi vertikal 3-4,5 meter. Produksi rumput ini tinggi, terutama jika
dilakukan pemupukan. Contoh rumput potongan yaitu Panicum maximum (rumput benggala), Pennisetum purpureum (rumput gajah),
Pennisetum purpureum cv Taiwan (rumput gajah cv Taiwan),
Euchlaena Mexicana (rumput meksiko)
Hijauan berupa P.
purpureum, P. maximum, C. muconoides, dan P.
phaseoloides sangat baik untuk
dikembangkan pada peternakan ternak ruminansia hal ini disebabkan kandungan
nutrisi dan produksi Bahan kering (BK) yang cukup tinggi.
Tabel 1 : Kandungan Nutrisi Rumput P. purpureum, P. maximum, C. muconoides, dan P. phaseoloides
Nama
Hijauan
|
BK (%)
|
SK
(%)
|
PK
(%)
|
TDN
(%)
|
DEM
cal/Kg
|
BK
|
P.purpureum
|
18
|
33
|
9,1
|
51
|
2,25
|
26 ton/ha
|
P.
maximum
|
24
|
33,6
|
8,8
|
53
|
2,32
|
26,6-36 ton/ha
|
C.muconoide
|
30
|
34
|
14,7
|
58
|
2,54
|
13,55 ton/ha
|
P.phaseoloid
|
23
|
34,6
|
19,2
|
60
|
2,64
|
19,7 ton/ha
|
(Hartadi,
2005 ; Reksohadiprodjo, 1985)
Rumput
gajah (Pennisetum purpureum Schum) adalah salah satu jenis hijauan
unggulan yang berproduksi tinggi dan daya adaptasi tinggi. Tanaman ini dapat
hidup dan tumbuh pada tanah kritis atau tanah dengan minimal nutrisi dimana
tanaman lain sebagian besar relatif tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Produktifitas rumput gajah di Indonesia yaitu Rumput gajah cv. Hawai 525
ton per hektar dan Rumput gajah cv. Afrika 365 ton per hektar (Anonimus, 1983).
Rumput
benggala (P. maximum ) merupakan rumput yang berdaun lebat, tingginya
bervariasi, berkembang dengan potongan bungkul akar dan tunas atau rhizoma.
Rumput tumbuh di daerah yang curah hujan 760 cm setahun. Peka terhadap kejutan
beku, tahan naungan, agak tahan kering, tidak tumbuh pada tanah dengan drainase
yang buruk. Rumput dapat tumbuh dari biji, mempunyai respon yang baik terhadap
pemupukan, dapat tumbuh dengan campuran legume (Reksohadiprodjo, 1985).
Leguminosa
Selain hijauan berupa
rumput, leguminosa juga merupakan salah satu alternatif yang dapat diusahakan
sebagai pakan ternak. Kandungan proteinnya rata-rata di atas 20 % (Tangendjaja
dan Wina, 1998), sehingga dapat diharapkan dalam perbaikan kualitas pakan
(Mariyono et al., 1998). Fodder
trees (leguminosa pohon) adalah sangat potensial digunakan sebagai hijauan
pakan sumber protein untuk ternak ruminansia di daerah tropis (Devendra, 1992;
Leng, 1997). Di daerah arid dan
semi-arid, fodder trees adalah bahan pakan sumber protein yang paling banyak
digunakan selama bulan kemarau (Baumer, 1992).
Leng (1997) melaporkan
bahwa terdapat 4 peranan penting leguminosa pohon (fodder tree) sebagai hijauan pakan ternak ruminansia, yaitu; (1)
hijauan pakan ternak yang mempunyai kualitas nutrisi dan kecernaan yang tinggi,
(2) sebagai bahan pakan suplemen untuk meningkatkan kualitas nutrisi ransum dan
meningkatkan pertumbuhan mikroba dan kecernaan sellulosa hijauan di dalam rumen
(perut) ternak ruminansia, 3) sebagai sumber by pass protein
(protein yang lolos degradasi rumen dan
dicerna dalam usus) yang meningkatkan status protein hewan dan
(4) sebagai sumber vitamin dan mineral untuk melengkapi kekurangan dalam bahan pakan
basal (dasar).
Kaliandra (Calliandra
calothyrsus) dan gamal (Gliricidia sepium) termasuk jenis leguminosa
yang banyak dimanfaatkan peternak seperti di Jawa Timur (Wardhani et al., 1989
dalam Mariyono et al., 1998). Kaliandra mengandung zat anti
nutrisi tanin dalam jumlah yang tinggi sampai 11 % sehingga dapat berpengaruh
terhadap tingkat pemanfaatan pakan oleh ternak (Tangendjaja dan Wina, 1998),
sedangkan gamal tidak mengandung tanin (Mariyono et al., 1998), dan turi
(sesbania grandiflora)sejenis tanaman semak yang bisa mencapai tinggi
5-10 m dan tumbuh cepat di daerah tropis yang lembab. Tanaman ini dapat tumbuh
di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl dengan curah hujan 2.000
mm/tahun. Tanaman ini banyak ditanam di pematang sawah. Jenis legum ini
memiliki bunga berukuran besar dan berwarna putih tapi ada pula yang merah dan
ungu. Daun berukuran bulat kecil dan majemuk. Buahnya berbentuk polong yang
panjang. Merupakan sumber vitamin seperti pro vitamin a, b, c dan e dan sumber
mineral terutama ca dan p.
2. Hijauan kering
Hijauan pakan ternak harus tersedia secara terus menerus
dalam keadaan cukup kuantitas dan kontinuitas sepanjang tahun. Untuk
menanggulangi hal-hal tersebut muncul beberapa usaha yakni pengawetan makanan
ternak dalam keadaan produksi melimpah. Terdapat dua jenis pengawetan
yaitu pengawetan kering dan basah. Makanan kasar kering ini mengandung kadar
air (KA) 10-15%, dengan 2 jenis contohnya yaitu hay dan jerami. Hay adalah
hijauan yang sengaja diawetkan melalui pengerigan. Sedangkan jerami adalah tanaman
yang telah dipanen bulir atau buahnya.
Hay
Merupakan hujauan makanan yang dikeringkan sehingga kadar
airnya mencapai 15-18% yang dibuat karena hijauan dalam keadaan
surplus/berlebih. Hal ini dipergunakan saat musim kemarau (atau musim dingin),
agar tidak terjadi kekosongan pakan bagi ternak. Tanaman dipotong sebelum masa
berbunga, untuk kemudian dikeringkan secara cepat dengan menggunakan cahaya
matahari yang minimal, dikeringkan diatas para- para yang diberi atap
(harus sering dibolak balik), dengan proses tersebut kualitas gizi hay terjaga dengan
baik. Hay harus dijaga agar tidak terkena hujan. Ciri-ciri hay yang berkualitas
baik yaitu:
v Berwarna hijau mengkilau
v Daun masih utuh dan lentur
v Berbau khas hay
v Nilai gizi tetap tinggi
v Mudah dicernakan
v Tidak mengandung bahan mengayu
v Tidak mengandung kontaminan
Jerami Merupakan hasil ikutan tanaman pangan (setelah dipanen
produk utamanya seperti padi, jagung, sorghum, gandum, dll). Jerami
berkualitas rendah karena tanaman tersebut telah tua (buahnya telah masak),
sehingga serat kasar tinggi, mengandung lignin yang tinggi dan protein yang
rendah. Pada zaman sekarang telah ada yang dapat mengolah jerami (khususnya
jerami padi) dari yang sulit dicerna ternak ruminansia menjadi mudah dicerna
dan meningkatnya nilai protein 2-3% menjadi 7-9%, yaitu Ragi Jerami Plus
Silase
Silase Merupakan
hijauan segar yang diawetkan dengan cara penyimpanan pada keadaan anaerob di
daam silo. Silo merupakan tempat membuat dan menyimpan silase, sedangkan
ensilase adalah proses pembuatan silase, terjadi karena aktivitas bakteri penghasil
asam laktat (lactis acidi, streptococcus lactis) pada pH 4 dan konsisi anaerob.
Dibuat karena hijauan segar surplus disaat musim hujan atau musim semi. Berguna
untuk mengatasi kekurangan makanan disaat musim dingin, atau musim kemarau. Kelebihan
hijauan segar tersebut diawetkan dengan proses ensilase untuk dimanfaatkan
disaat kemarau atau musim dingin, dengan kadar air tetap tinggi, yaitu 60-70%.
Proses ensilase, terjadi karena enzim yg dihasilkan bakteri akan mendegradasi
karbohidrat dan protein bahan (rumput /hijauan). Sewaktu proses ensilase
berlangsung, udara dlm silo makin berkurang (oksigen semakin habis) sehingga
tercipta suasana anaerob. Keadaan anaerob memungkinkan silase menjadi awet
untuk disimpan beberapa bulan, karena pada kondisi ini jamur tidak akan
tumbuh. Keuntungan silase:
·
Bahan
makanan tetap dalam keadaan segar dengan kadar air 65-70%
·
Silase
dapat dibuat sepanjang tahun walaupun hari musim hujan
·
Tidak
ada sisa bila diberikan pada ternak walaupun dalam bentuk batang dan ranting
·
Setiap
tanaman dapat dijadikan silase
·
Tanaman
dapat dipanen pada saat nilai gizi tinggi
·
Dapat
dicampur dengan bahan-bahan lain dalam suatu ransum.
Tabel 2. Kandungan nutrisi
hijauan dan limbah pertanian (%)
No
|
Bahan
|
PK
|
SK
|
Lemak
|
Abu
|
BETN
|
1.
|
Rumput gajah
|
6.40
|
34.50
|
3.00
|
8.60
|
47.50
|
2.
|
Rumput lapang
|
6.69
|
34.19
|
1.78
|
9.70
|
47.64
|
3.
|
Jerami padi
|
4.10
|
29.20
|
1.60
|
21.50
|
43.60
|
4.
|
Jerami kacang tanah
|
16.59
|
25.41
|
2.90
|
7.51
|
47.59
|
5.
|
Jerami ketela pohon
|
3.98
|
33.29
|
1.59
|
49.79
|
11.35
|
6.
|
Jerami kacang kedelai
|
12.50
|
36.00
|
3.92
|
10.88
|
36.70
|
7.
|
Jerami sorghum
|
14.20
|
30.30
|
4.70
|
7.20
|
43.60
|
8.
|
Jerami ketela rambat
|
3.90
|
2.10
|
0.40
|
-
|
4.30
|
9.
|
Jerami jagung
|
5.56
|
33.58
|
1.25
|
7.28
|
53.32
|
10.
|
Pucuk tebu
|
7.40
|
42.30
|
2.90
|
7.40
|
40.00
|
Sumber
: Silitonga (1985).
Spesies
hijauan pakan ternak mempunyai nilai gizi yang berbeda. Hal ini disebabkan olaeh
banyak faktor, antara lain jenis dan umur tanaman. Kadar protein akan menurun
sesuai dengan meningkatnya umur tanaman tetapi selain serat kasarnya semakin tinggi,
maka pemotongan hijauan segar sangat erat hubungannya
dengan daya cerna serta jumlah konsumsi oleh ternak yang memakannya.
Menurut
Prihadi (2003), hijauan yang berasal dari rumput dan daun-daunan yang
berkualitas bagus, akan menjadikan ternak hanya dapat berproduksi 70% dari
kemampuan yang seharusnya. Walaupun demikian rumput dan daun-daunan merupakan
pakan dasar bagi sapi perah karena harganya relatif murah. Makanan kasar berupa
hijauan sangat diperlukan ternak ruminansia karena mengadung serat kasar tinggi
yang berperan merangsang kerja rumen dan menentukan kadar lemak susu. Seekor
ternak yang diharapkan memproduksi susu yang tinggi membutuhkan energi yang
tinggi pula sehingga pemilihan jenis hijauan sangat perlu diperhatikan. Dibawah
ini merupakan tabel tentang kandungan nutrisi dari beberapa jenis hijauan pakan
ternak.
Tabel 3. Kandungan nutrisi hijauan
pakan ternak(rumput, legum dan limbah pertanian)
2.2.2. Pakan
Penguat
Pakan penguat adalah jenis
makanan kambing selein rumput-rumputan dan dedaunan, pakan penguat mempunyai
kndungan zat tertentu yang berupa energy tinggi, serat kasar rendah dan daya
cerna yang relative baik:
1.
Konsentrat
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan
dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap
(Hartadi et al., 1980). Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat
untuk ternak kambing umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku
pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna.
Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang
tanah, atau campuran pakan tersebut. Berikut ini merupakan tabel tentang
jenis-jenis pakan kosentrat.
Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan
kosentrat
Pakan Konsentrat
|
BK
(%)
|
Enersi
TDN(%)
|
PK
(%)
|
SK
(%)
|
Ca
(%)
|
P
(%)
|
Ampas Bir ,
basah
|
22
|
65.0
|
25.0
|
19.2
|
0.05
|
0.004
|
Ampas nanas
|
20
|
68.0
|
3.4
|
14.5
|
0.26
|
0.09
|
Ampas tahu
|
16.2
|
78.0
|
23.7
|
23.6
|
0.28
|
0.66
|
Ampas sagu
|
80.4
|
58.0
|
1.2
|
10.8
|
||
Biji Kapas,
lemak
|
86.0
|
74.3
|
22.1
|
19.7
|
0.15
|
0.44
|
Bungkil kelapa
|
86.0
|
73.0
|
21.6
|
12.1
|
1.65
|
0.21
|
Bungkil biji sawit
|
86.0
|
70.0
|
15.0
|
19.7
|
0.24
|
0.62
|
Padi, dedak kasar
|
86.0
|
14.0
|
7.6
|
27.8
|
0.23
|
1.28
|
Padi, dedak halus
|
86.0
|
81.0
|
13.8
|
11.6
|
0.12
|
1.51
|
Kulit buah coklat
|
88.9
|
47.0
|
14.6
|
33.0
|
-
|
-
|
Jagung dedak
|
86.0
|
81.0
|
11.3
|
5.0
|
0.06
|
0.73
|
Jagung putih
|
86.0
|
81.0
|
10.0
|
2.6
|
0.02
|
0.30
|
Jagung kuning
|
86.0
|
80.0
|
10.3
|
2.5
|
0.03
|
0.26
|
Biji kapuk, tepung
|
86.0
|
74.0
|
31.7
|
24.0
|
0.47
|
-
|
Onggok
|
28.7
|
69.0
|
1.2
|
3.7
|
0.15
|
0.15
|
Wheat pollard
|
88.4
|
86.0
|
18.7
|
7.7
|
0.10
|
0.90
|
Tetes
|
77.0
|
53.0
|
5.4
|
10.0
|
1.09
|
0.12
|
2.
Feed Additif
Feed Additif
adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan, biasanya dalam
kuantitas yang kecil, kedalam campuran makanan dasar atau bagian dari padanya,
untuk memenuhi kebutuhan khusus, contohnya additif bahan konsentrat, additif
bahan suplemen, additif bahan premix, additif bahan makanan (Hartadi et. al.,
1991).
Feed Additif adalah susunan bahan
atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan
ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau
imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan
bahwa aditif adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan
tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi.
Sedangkan menurut
Murtidjo (1993), additif adalah imbuhan yang umum digunakan
dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang
sedikit, misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan
additive bahan premix. Maksud dari penambahan adalah untuk merangsang
pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain
antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additif merupakan bahan makanan
pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral
dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed additif adalah untuk
menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan
mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress,
merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah
nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.
Macam-macam
Feed Additif
Macam ragam pakan additif antara
lain additif pada bahan pakan (contohnya agensia antioksidan, agensia cita
rasa), additif untuk manipulasi pencernaan dan absorpsi nutrien (contohnya buffer,
enzim), additif untuk kesehatan ternak (contohnya obat cacing), additive
melalui hormonal (contohnya hormon pertumbuhan, hormon reproduksi), additif
untuk meningkatkan kualitas produk (contohnya agensi pewarna, agensi
antiradikal).
Biasanya feed additif
diberikan dalam ransum ternak untuk menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan.
Beberapa feed additif yang diberikan antara lain :
1. Flavoring agent, pemberi bau untuk meningkatkan palatabilitas pakan contoh
cairan sukrosa
2. Enzim untuk memperbaiki daya cerna
3. Vitamin, Sebagai sumber vitamin A dapat digunakan Vit. A palmitat, Vit. A
acetat dan minyak ikan. Sumber vitamin D2 digunakan Vit. D pada
semua tanaman yaitu hasil aktivasi sterol dalam tanaman oleh sinar ultraviolet.
Sumber vitamin D3 digunakan Vit. D pada hewan yang merupakan hasil
aktivasi sterol pada hewan oleh sinar ultraviolet misalnya minyak ikan. Sumber
vitamin E digunakan senyawa vit. E aktif, misalnya dl alpha tokoferil
asetat. Sumber vitamin K dapat menggunakan MCBC dan MPB.
4. Sumber mineral : Tepung tulang, Tepung kerang (CaCo3) , Garam
(NaCl).
5. Antibiotik, Antibiotik dalam dosis rendah diketahui efektif terhadap
pengontrolan infeksi subklinis dan merangsang pertumbuhan hewan bila
ditambahkan dalam air minum atau kedalam pakan. Senyawa thyroaktif (seperti casein yang
mengandung iodium) kadang digunakan untuk memperbaiki produksi telur, kualitas
telur, dan mencegah degenerasi lemak dibawah kondisi tertentu. Beberapa macam obat( termasuk hormon) dipergunakan untuk menghentikan jatuh
bulu (molting) atau untuk mempercepat molting ayam yang sudah berproduksi lama.
8. Asam amino adalah monomer dari protein.
Sebagai bahan pakan tunggal asam amino tidak tersedia di alam, namun tersedia
secara buatan. Asam amino yang biasanya kekurangan dalam pakan adalah asam
amino metionin dan lisin. Oleh karena itu, di pasaran asam amino yang tersedia
adalah DL- metionin dan L-lisin yang mempunyai kemurnian 99%.
Berbagai macam feed additive yang
bersifat non nutritive menurut Wahyu (1997) antara lain: (1) Makanan tambahan
pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet; (2) Flavoring
agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan
palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah
kondisi tertentu; (4) Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans
dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan dari serangan perusakan
oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan oleh
mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad
spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk
memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan
untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit; (7)
Obat-obat pencegah cacing dalam saluran pencernaan; (8) Antioksidan untuk
mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak karena proses peroksidasi; (9) sumber-sumber karotenoid
ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning
telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam.
3.
Feed
supplement
Feed supplement merupakan bahan pakan
tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti
vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau
meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam
ransum kurang atau tidak sesuai standar. Terlebih lagi pada ransum hasil self mixing yang biasanya mengalami
keterbatasan untuk membuat formulasi yang memperhitungkan sampai komponen
nutrisi mikronya. Kandungan zat nutrisi yang sering terdapat dalam sediaan feed supplement antara lain vitamin,
mineral dan asam amino. Ketiga komponen nutrisi inilah yang seringkali
mengalami defisiensi.
Suplementasi vitamin
Vitamin berasal dari kata “vitae amine” dan
dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil
untuk menjaga fungsi metabolisme dalam tubuh tetap optimal. Vitamin dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu vitamin larut air (C dan B kompleks) dan
vitamin larut lemak (A, D, E, K). Vitamin diperlukan hampir di semua proses
metabolisme dalam tubuh makhluk hidup. Vitamin merupakan komponen nutrisi yang
relatif labil terhadap cahaya, kelembaban, suhu maupun suasana asam dan basa
(lihat tabel 2). Selain itu stabilitas sebagian besar vitamin juga dipengaruhi
oleh jangka waktu penyimpanan ransum.
Dalam penberian vitamin larut lemak (A, D, E dan
K) rentang pemberian yang terlalu lebar (berlebih) dan dalam jangka waktu yang
lama dapat mengganggu kerja hati karena vitamin ini disimpan di dalam hati.
Selain itu kelebihan vitamin D juga dapat mengakibatkan gangguan deposisi
kalsium pada tulang.
Suplementasi mineral
Mineral merupakan unsur peting dalam tanah, bebatuan, air,
dan udara. Sedangkan pada tubuh makhluk hidup sendiri mineral merupakan
suatu komponen penyusun tubuh, 4-5% dari bobot badan ternak, sekitar 50%
mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas
mineral lain. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan
dalam dua kelompok yaitu makro mineral antara lain : Kalsiun (Ca), Fosfor
(P), Kalsium (K), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Clor (Cl). Mineral makro
dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan mineral mikro. Suplementasi kalsium dan fosfor dapat diperoleh dari tepung
tulang, dicalcium phosphate,
monodicalcium phosphate dan tricalcium
phosphate. Sedangkan tepung batu (limestone)
menjadi sumber kalsium. Penambahan garam (NaCl) juga kadang dilakukan untuk
mensuplai natrium dan klorin. Hanya saja jika kondisi air minum asin maka
penambahan NaCl sebaiknya tidak dilakukan karena dapat menimbulkan efek negatif
bagi pertumbuhan ayam. Sedangkan suplementasi mineral mikro (trace mineral)
dilakukan melalui penambahan produk jadi, seperti Top Mix atau Mineral Feed
Supplement A.
Suplementasi asam amino
Metionin, lisin, treonin dan tripthopan
merupakan beberapa asam amino yang sering diberikan suplementasi. Keempat asam
amino tersebut termasuk asam amino essensial, yaitu asam amino yang tidak dapat
diproduksi oleh tubuh ternak sehingga harus disuplai melalui ransum. Selain
keempat asam amino itu yang termasuk asam amino essensial antara lain arginin,
histidin, isoleusin, leusin, valin dan penilalanin. Keenam asam amino ini
relatif bisa terpenuhi dari ransum yang diberikan.
Ransum ayam sebagian besar tersusun atas bahan
baku ransum berupa biji-bijian, seperti jagung dan bungkil kedelai yang
notabene kadar asam aminonya kurang ideal, terutama metionin. Hal inilah yang
mendasari diperlukannya suplementasi asam amino.
2.3.
Kebutuhan Nutrisi Kambing
Kambing termasuk dalam golongan
ternak ruminansia yang dicirikan dengan berlambung ganda dan adanya
aktifitas mikroorganisme dengan intensitas yang tinggi pada lambungnya. Hal ini
akan mempengaruhi bahan pakan yang dibutuhkan dan kebutuhan akan zat
nutrisinya. Dengan adanya aktifitas mikroorganisme maka domba/kambing tidak
memerlukan protein yang tinggi dan bahkan bisa memanfaatkan urea sebagai sumber
protein.
Kebutuhan ternak akan
zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi.
Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup.
Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok,
bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Tetapi jika ternak
tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari
kelebihan makanan itu akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi misalnya air
susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi.
Nutrisi atau zat makanan adalah senyawa
kimia yang terdapat dalam makanan yang dapat dicerna menjadi senyawa lain yang
digunakan untuk berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses
perkembangan, pertumbuhan dan produksi ternak. Zat gizi yang penting adalah:
1. Air
Air merupakan unsur terpenting dan
mutlak dibutuhkan oleh makhuluk hidup. Lebih dari 50% berat badan ternak adalah
air. Unsur air mengisi sel-sel tubuh dengan konsentrasi 7 – 90%. Hasil
penelitian menunjukkan ternak lebih tahan tanpa makan dari pada tanpa air.
Fungsi air dalam tubuh:
1. Sebagai
pelarut dan media bagi reaksi kimia dalam tubuh
2. Sebagai
media transportasi masuknya zat-zat ke dan dari sel tubuh
3. Sebagai
pengatur temperatur tubuh
2. Protein
Protein Merupakan unsur yang penting
dan dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar terutama dalam masa pertumbuhan,
bunting dan menyusui. Penyusun protein adalah asam amino, sehingga protein
dicirikan dengan kandungan gugus aminanya (-NH2), walaupun banyak
macamnya ada yang mengandung S.
Fungsi protein:
- Pembentukan dan mengganti sel-sel yang rusak
- Penting dalam proses pertumbuhan
- Berperan dalam percepatan reaksi metabolisme dalam tubuh (enzim)
- Komponen yang penting dalam otot, kulit, rambut/bulu, hormone, immunoglobulin
Salah
satu kebutuhan nutrisi pada ternak yang harus diperhatikan adalah protein.
Protein adalah salah satu komponen gizi makanan yang diperlukan ternak untuk
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ternak yang cepat, akan membutuhkan protein lebih
tinggi di dalam ransumnya (Haryanto, 1992). Namun efisiensi penggunaan protein
untuk pertumbuhan jaringan tubuh, dipengaruhi oleh ketersediaan energi
(Ensminger dan Parker, 1986).
Di
dalam tubuh ternak, protein berfungsi untuk memperbaiki jaringan tubuh dan
pembangun jaringan baru (Anggorodi, 1994). Proses pemanfaatan protein salah
satunya dipengaruhi oleh jumlah protein yang dikonsumsi. Boorman (1980),
menyatakan konsumsi protein dipengaruhi oleh level pemberian pakan. Pemberian
pakan yang tidak dibatasi (melebihi hidup pokok) akan meningkatkan tingkat
konsumsi protein karena ternak mempunyai kesempatan untuk makan lebih banyak
(Haryanto dan Djajanegara, 1993).
Peningkatan
konsumsi protein juga dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan yaitu
semakin tinggi kandungan protein semakin banyak pula protein yang terkonsumsi
(Boorman, 1980). Tingginya protein terkonsumsi diharapkan dapat meningkatkan
jumlah protein yang teretensi dalam tubuh ternak dan dimanfaatkan ternak untuk
memenuhi hidup pokok dan berproduksi. Kebutuhan protein dipengaruhi oleh fase
pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, berat tubuh, umur, kondisi tubuh,
pertambahan berat, dan rasio protein energi. Menurut Kearl (1982), kebutuhan
protein pada kambing berkisar antara 12—14% per ekor. Terlalu banyak pemberian
protein dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang besar, karena akan berdampak
pada harga ransum yang lebih mahal, sedangkan apabila jumlah pemberian protein
terlalu sedikit, maka produktivitas ternak tidak akan mencapai optimal.
Pemanfaatan
protein selain terkait dengan level pemberian pakan juga terkait dengan bobot
badan ternak. Ternak yang berbobot badan rendah dan masuk masa pertumbuhan
membutuhkan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa yang telah masuk
masa penggemukkan (Orskov, 1992). Protein mula-mula akan dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup pokok, selanjutnya kelebihan protein yang ada pada ternak yang
berbobot badan rendah cenderung akan dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan.
Protein dalam tubuh ternak salah satunya berfungsi untuk pertumbuhan atau
pembentukan jaringan baru (Anggorodi, 1994). Pada ternak dengan bobot badan
lebih besar setelah memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, kelebihan protein pakan
akan disimpan dalam bentuk glikogen dan dimanfaatkan untuk proses penggemukan.
3. Lemak
Berfungsi sebagai penghasil asam-asam lemak
dan energi, setelah dicerna menjadi asam lemak dan gliserol. Pencernaan dan
penyerapan lemak pada saluran pencernaan ternak ruminansia terjadi pada usus
halus dengan bantuan enzim-enzim dari pangkreas dan empedu.
4. Mineral
Bahan yang berupa abu setelah suatu bahan
dipanaskan dalam temperatur 500 ◦C selama 3 jam. Unsure ini dibedakan atas
mineral makro dan mineral mikro. Termasuk dalam mineral makro yaitu unsure Ca,
Cl, Mg, P, K, Na dan S. Sedangkan unsur yang termasuk dalam mineral mikro yaitu
Co, Cu, Fe, I, Mn, Mo, Se, dan Zn. Mineral dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit
tetapi sangat esensial karena tubuh tidak mampu mensintesanya sendiri.
5. Karbohidrat
Unsur nutrisi yang sebagian besar
(50-80%) merupakan bagian dari bahan kering bahan pakan. Strukturnya terdiri
dari amilum, selulose, hemiselulose dan lignin. Peranannya sebagian besar
sebagai seumber energy.
6. Vitamin
Kebutuhan nutrisi ternak setiap
harinya dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, bobot badan, kondisi tubuh
(sakit/tidak), serta lingkungan (suhu dan kelembaban) dan status fisiologis
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui dll). Jadi setiap ternak yang berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.
Standar untuk menentukan kebutuhan
nutrisi ternak dapat digunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan
Penelitian Internasional (National Research Council/NRC).
Tabel
5. Nutrient requirements of goats: daily Nutrient requirements per animanl
Tabel 6. Nutrient
requirements of goats: Nutrient consentration of the rations (expresset on 100% dry matter bassis
2.4.
Metode
penyusunan ransum
Ransum
adalah susunan bahan pakan yang seimbang dan tepat untuk ternak, sehingga
mencukupi kebutuhan nutrisinya dalam satu hari. Perlu adanya metode penyusunan
ransum yang tepat sehinga tercipta komposisi yang baik dan benar. Bila nutrisi
ternak tercapai dengan baik, otomatis produktivitas akan baik pula. Usaha
peternakan yang baik memiliki rancangan ransum yang baik untuk ternaknya.
Diusahakan tiap peternakan memiliki rancangann tersebut sendiri, tidak hanya
bergantung pada komposisi complete feed pabrik. Dengan memiliki komposisi
ransum sendiri, peternak dapat mendambil bahan pakan yang potensial di
sekitarnya sehingga biaya untuk pakan dapat diminimalisir. Seperti limbah
pasar, limbah rumah makan, dsb.
Secara umum penyusunan ransum untuk
ternak terdiri dari beberapa cara, diantaranya:
1.
Trial
and error
2.
Equation
3.
Pearson’s
Square
- Program Linear Komputer
Langkah pertama menyusun ransum
untuk ternak ruminansia adalah menentukan kebutuhan nutrisinya. Selanjutnya
dilakukan formulasi melalui suatu metode sehingga kebutuhan nutrisi tersebut
dapat dipenuhi oleh sejumlah bahan pakan yang tersedia. Berikut ini merupakan
penjelasan tentang menyusun ransum menggunakan metode Pearson’s Square
Langkah-langkah dalam penyusunan ransum adalah:
1. Menentukan
kebutuhan nutrisi ternak. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- spesies ternak
- Berat badan
- Status fisiologis (pertumbuhan, bunting,
laktasi dll)
2.
Menentukan bahan makanan yang akan digunakan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
- Jenis bahan pakan yang
tersedia
- Kandungan nutrisinya
- Harga bahan pakan
3.
Memformulasikan berbagai bahan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan teknik perhitungan tertentu.
4.
Melakukan receck terhadap hasil perhitungan
disesuaikan dengan kebutuhan ternak dihubungkan dengan status fisiologisnya.
5.
Menyiapkan ransum yang telah tersusun sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan
Contoh
perhitungan:
Untuk 2 Macam Bahan Pakan
Menyusun ransum untuk domba
penggemukan dengan berat badan 30 Kg dengan PBBH 50 gram per hari. Sedangkan
bahan pakan yang tersedia adalah rumput Benggala dan daun nangka.
Cara mengerjakan:
1.
Menentukan kebutuhan ternak dengan data sebagai
berikut:
- Jenis ternak: kambing
- Berat badan: 30 Kg
- Status : penggemukan
- Kebutuhan nutrisi
(lihat Lampiran 1 dan 2)
Tabel 1.
Kebutuhan Nutrisi kambing
BB(Kg)
|
BK(gram)
|
Konsumsi
TDN(%)
|
Protein(%)
|
Ca(%)
|
P(%)
|
30
|
1300
|
64
|
11
|
0.37
|
0.23
|
2.
Mencari kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia
(lihat Tabel 2)
Tabel 2.
Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
Bahan pakan
|
BK (%)
|
PK (%)
|
Ca (%)
|
P (%)
|
SK (%)
|
Rumput Benggala
|
20
|
8.7
|
0.7
|
0.2
|
29.9
|
Daun Kaliandra
|
39
|
24
|
1.6
|
0.2
|
-
|
Memformulasikan/menghitung
dengan metode Pearson Square
RB
8.7
|
13
|
13/15.3 x
100% = 84.96%
|
|
11
|
|||
DK
24
|
2.3
|
2.3/15.3 x
100% = 15.03%
|
|
15.6
|
- Jumlah bahan kering (BK) yang tersedia dari :
RB = 84.96% x 1300 = 1104.48 gram
DK = 15.03% x 1300 = 195.39 gram
Sehingga RB dan DK yang harus disediakan sebagai
ransum (dalam bentuk segar) adalah:
RB = 100/20 x 1104.48 gram = 5522.4
gram atau 5.5 Kg
DK = 100/39 x 195.39
gram = 500.99 gram atau 0.6 Kg
- Kandungan protein
ransum :
RB = 8.7/100 x 1104.48 = 96 gram
DK = 24/100 x 195.39 =
46.89 gram
142.89 gram atau 142.89/1300 x 100% = 10.99 atau
11%
Sehingga kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah
Tabel 3. Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum
yang Telah Disusun
Bahan pakan
|
Jumlah
|
BK
|
PK
|
Ca
|
P
|
SK
|
Gram
|
%
|
|||||
Rumput benggala
|
5522.4
|
20
|
8.7
|
0.7
|
0.2
|
29.9
|
Daun kaliandra
|
500.99
|
39
|
24
|
1.6
|
0.2
|
-
|
Kandungan nutrisi ransum
|
6023.39
|
1300
|
10.99
|
0.835
|
0.2
|
-
|
Kebutuhan
|
1300
|
11
|
0.37
|
0.23
|
-
|
Cttn: - Membandingkan hasil perhitungan
dengan kebutuhan domba (berdasarkan
Tabel NRC), sudah sesuai, maka tidak perlu tambahan sumber mineral lain.
-
Menyiapkan bahan pakan sesuai hasil
formula yang disusun, pakan diberikan dalam bentuk segar.
Contoh 2. Untuk 3
Bahan Pakan
Menyusun ransum untuk kambing yang
sedang bunting 6 minggu dengan bobot badan 50 Kg. Bahan pakan yang tersedia
adalah rumput lapangan, dedak padi dan daun lamtoro.
Cara mengerjakan:
Menentukan kebutuhan ternak berdasar Tabel Kebutuhan
Ternak (Lampiran 1,) sebagai berikut:
- Jenis
ternak : kambing
- Bobot
badan : 50 Kg
-
Status :
bunting 6 minggu
Tabel 4.
Kebutuhan Zat Makanan Kambing
BB(Kg)
|
BK(gram)
|
Konsumsi
TDN (%)
|
Protein(%)
|
Ca(%)
|
P(%)
|
50
|
1700
|
58
|
9.3
|
0.24
|
0.23
|
Mencari kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia
(lihat tabel kandungan nutrisi bahan pakan).
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan yang Digunakan
untuk Menyusun Ransum
Bahan pakan
|
BK (%)
|
PK (%)
|
Ca (%)
|
P (%)
|
SK (%)
|
Rumput lapangan (RL)
|
35
|
6.7
|
-
|
-
|
34.2
|
Dedak padi
|
88.4
|
13.4
|
-
|
-
|
11
|
Daun lamtoro (DL)
|
29
|
22.3
|
2.1
|
0.01
|
14.4
|
Memformulasikan/menghitung
dengan metode Person Square
Kita buat asumsi dedak padi akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan BK 10% dari keseluruhan ransum, sehingga BK dedak padi
adalah:
= 10/100 x 1700
= 170
g BK
Kandungan
protein yang terpenuhi dari dedak:
= 13.4/100 x
170
= 22.78 g protein
Sehingga untuk menyusun ransum dengan kebutuhan BK
1700 gram dan protein 9.3% masih kekurangan:
– BK = 1700 – 170
= 1530 gram
– Protein = 9.3% atau 9.3/100 x 1700 =
158.1 gram
= 158.1 – 22.78
= 135.32 g atau 135.32/1530 x 100% = 8.84%
Kekurangan tersebut
harus dipenuhi dari hijauan ( rumput lapangan dan daun lamtoro) dengan
perhitungan sebagai berikut:
RL
6.7
|
13.5
|
13.5/15.64
x 100% = 86.5%
|
|
8.84
|
|||
DK
22.3
|
2.14
|
2.14/15.64
x 100% = 13.7%
|
|
15.64
|
Jumlah BK yang tersedia dari:
- RL = 86.5% x 1530
= 1323.95 g
- DL = 13.7% x 1530
= 209.6 g
Konversi dalam bentuk segar:
- Dedak = 100/88.4 x 170 g = 192.3 gram
- RL = 100/35 x
1323.95 g = 3781.28 g
- DL = 100/29 x
209.6 g = 722.79 g
Kandungan protein ransum:
- Dedak = 13.4/100 x 170 = 22.78 g
- RL = 6.7/100 x
1323.95 = 88.7 g
- DL = 22.3/100 x
209.61 = 46.74 g
158.22 g atau
158.22/1700 x 100% = 9.3 %
Kandungan SK
ransum:
-
Dedak = 11/100 x
170 = 18.7 g
-
RL = 34.2/100 x
1323.95 = 452.79 g
-
DL = 14.4/100 x
209.61 = 30.18 g
501.67 g atau 501.67/1700 x
100% = 29.5%
Kandungan
nutrisi ransum yang disusun adalah:
Tabel 6.
Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun
Bahan pakan
|
Jumlah
|
BK
|
PK
|
Ca
|
P
|
SK
|
Gram
|
||||||
Dedak
|
192.3
|
|||||
Rumput Lapangan
|
3781.28
|
|||||
Daun lamtoro
|
722.79
|
|||||
Kandungan nutrisi ransum
|
1700
|
9.3
|
-
|
-
|
29.5
|
|
Kebutuhan
|
1700
|
9.3
|
-
|
-
|
-
|
Cttn. Membandingkan hasil dengan
kebutuhan domba: dari hasil di atas dapat bahwa kandungan nutrisi ransum yang
disusun sudah sesuai dengan standar kebutuhan dan tidak tersedia data untuk Ca
dan P.
Contoh 3. (4
Bahan Pakan)
Menyusun ransum untuk kambing tujuan penggemukan
dengan bobot badan 20 Kg.
Cara mengerjakan:
Menentukan kebutuhan ternak berdasar Tabel
Kebutuhan Ternak (NRC) (Lampiran ) sebagai berikut:
- Jenis ternak : kambing
- Bobot badan : 20 Kg
- Status
: penggemukan
BB(Kg)
|
BK(gram)
|
Konsumsi
TDN (%)
|
Protein(%)
|
20
|
600
|
72
|
12,39
|
Mencari
kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat tabel kandungan nutrisi
bahan pakan).
Bahan pakan
|
BK (%)
|
PK (%)
|
TDN (%)
|
Rumput Gajah (RG)
|
21
|
10.0
|
89
|
Daun singkong (DS)
|
23
|
17.0
|
81
|
Jerami padi (JP)
|
86
|
4.4
|
52
|
Tepung ikan (TI)
|
90
|
44.8
|
75
|
Memformulasikan/menghitung
dengan metode Person Square
Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (
rumput lapangan dan daun lamtoro) dengan perhitungan sebagai berikut:
-
Golongan bahan dalam kriteria TDN yang berdekatan digabungkan, yaitu golongan
pertama rumput gajah dan daun singkong dan golongan kedua adalah jerami padi
dan tepung ikan.
-
Menghitung dengan metode pearson square antara RG dengan DS (campuran I)
RG
10
|
4,61
|
4.61/7.00
x 100% = 65.85%
|
|
12,39
|
|||
DS
17
|
2.39
|
2.39/7.00
x 100% = 34.14%
|
|
7.00
|
Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I adalah:
RG
= 65.85 % x 89 = 58.61%
DS
= 34.14% x 81
= 27.66%
86.27%
- Menghitung dengan metode pearson square campuran II,
antara jerami padi dan tepung ikan
JP
4.4
|
12.41
|
12.41/40.40
x 100% = 80.22%
|
|
12,39
|
|||
TI
44.8
|
7.99
|
7.99/40.40
x 100% = 19.77%
|
|
40.40
|
Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II adalah:
JP
=80.22% x
52
= 41.72%
TI
=19.77% x
75
= 14.83%
56.55%
- Menggabungkan campuran I dan campuran II dengan
metode pearson square berdasarkan kandungan kebutuhan TDN yaitu sebesar 72%.
Camp.
I 86.27
|
15.45
|
15.45/29.72
x 100% = 52.29%
|
|
72
|
|||
Camp. II
56.55
|
14.27
|
14.27/29.72
x 100% = 47.71%
|
|
29.72
|
Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum
adalah sebagai berikut:
RG
= 52.29 x 65.68%
= 34.44%
DS
= 52.29 x
34.14%
= 17.85%
JP
= 47.71 x
80.22%
= 38.27%
TI
= 47.71 x
19.77%
= 9.43%
Sehingga kandungan Bahan Kering (BK) setiap bahan
pakan adalah:
RG
= 34.44% x
600
= 206.64 g
DS =
17.85% x
600
= 107.71 g
JP
= 38.27% x
600
= 229.62 g
TI
= 9.43% x 600
= 56.58 g
600 gram
- Kebutuhan dalam keadaan bahan segar:
RG
= 100/21 x
206.64
= 984.00 g
DS =
100/23 x
107.71
= 465.65 g
JP
= 100/86 x
229.62
= 267.00 g
TI
= 100/90 x
56.58
= 62.87 g
Susunan dan kandungan nutrisi ransum yang disusun
adalah:
Bahan pakan
|
Jumlah
|
BK
|
PK
|
TDN
|
Gram
|
||||
Rumput Gajah
|
984.00
|
|||
Daun Singkong
|
465.65
|
|||
Jerami padi
|
267.00
|
|||
Tepung ikan
|
62.87
|
|||
Kandungan nutrisi ransum
|
600
|
12.39
|
72
|
|
Kebutuhan
|
600
|
72
|
Tabel. pakan hijauan
Pakan Hijauan
|
BK
(%)
|
Enersi
TDN
(%)
|
PK
(%)
|
SK
(%)
|
Ca
(%)
|
P
(%)
|
Gamal (Gliricidia
maculata)
|
27
|
76
|
25.2
|
18.0
|
0.67
|
0.19
|
Kaliandra
|
16
|
62
|
27.7
|
29.0
|
||
Lamtoro
kering
|
86
|
71
|
23.7
|
18.0
|
1.40
|
0.21
|
Lamtoro
segar
|
29
|
77
|
23.4
|
21.3
|
2.06
|
0.02
|
Turi segar
|
17
|
70
|
25.1
|
17.5
|
1.26
|
0.48
|
R.
Benggala (Panicum maximum)
|
24
|
53
|
5.4
|
33.6
|
0.67
|
0.25
|
Brachiaria decumbens
|
19
|
52
|
7.0
|
35.1
|
0.22
|
|
B.
ruzisiensis
|
20
|
53
|
8.3
|
32.5
|
n.a
|
n.a
|
R. gajah
|
18
|
51
|
9.1
|
33.1
|
0.51
|
0.51
|
R. Raja
|
22
|
54
|
13.5
|
34.1
|
n.a
|
n.a
|
Tebon Jagung
Muda
|
22
|
58
|
8.0
|
25.7
|
0.28
|
0.14
|
Tebon
Jagung (112 hari)
|
31
|
68
|
8.0
|
25.7
|
0.60
|
0.10
|
R. Pangola
|
23
|
53
|
8.3
|
33.5
|
0.48
|
0.26
|
B. mutica (R. Para)
|
21
|
55
|
10.5
|
29.5
|
0.38
|
0.19
|
R. setaria
|
20
|
55
|
9.5
|
31.7
|
0.80
|
0.50
|
Saccharum officinarum
|
22
|
55
|
5.0
|
33.5
|
||
Calopogonium muconoides
|
23
|
68
|
22.1
|
28.8
|
1.81
|
0.10
|
Centrosema
pubescens, segar
|
25
|
61
|
16.6
|
25.0
|
1.19
|
0.40
|
Kudzu
|
26
|
62
|
17.4
|
30.7
|
1.26
|
0.41
|
Stylosanthes
segar
|
25
|
57
|
9.6
|
31.3
|
0.70
|
0.19
|
Stylosanthes
, hay
|
86
|
57
|
11.4
|
33.1
|
0.67
|
0.21
|
Jerami
Padi, kering
|
86
|
39
|
3.7
|
35.9
|
1.42
|
0.21
|
Jerami
Kacang tanah
|
86
|
56
|
14.7
|
30.0
|
n.a
|
n.a
|
III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
pakan adalah suatu
bahan yang dimakan hewan yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau
keduanya) di dalam bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh
seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk
perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi. Bahan pakan
dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat
serta bahan berserat merupakan komponen atau penyusun ransum
Hijauan Makanan Ternak (Forages) merupakan bahan makanan
atau pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha
pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia termasuk didalamnya kambing
perah, skambing potong (pedaging). Untuk meningkatkan produktivitas ternak,
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan
hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan
kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan kelestarian hidup dan
keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan tujuan produksi
(kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini dimungkinkan bila kita
mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik rumput maupun legum.
Untuk mendapatkan pakan yang baik maka harus disuse ransum
untuk ternak. Metode penyususnan ransum ada 4 yaitu:
1.
Trial
and error
2.
Equation
3.
Pearson’s
Square
4.
Program Linear Komputer
3.2.
Saran
Untuk menyusun ransum yang berkualitas baik maka harus
memilih bahan penyusun ransum yang berkualita dam mampu mencukupi untuk
kebutuhan hidup pokok ternak dan produktivitas
DAFTAR PUSTKA
A, Purnomoadi, A.N. Al-Baarri, A.R.
Setyawan, E. Kurnianto Dan J. Achmadi (Editor). Isaa Publication No. 1/2012.
Faculty Of Agriculture, Diponegoro University And Indonesian Society Of Animal
Agriculture. Pattanaik.
A.K., V.R B. Sastry, R.C. Katiyar And M.
Lal. 2003. Influence Of Grain Processing And Dietary Protein Degradability On
Nitrogen Metabolism, Energy Balance And Methane Production In Young Calves. Asian-Aust.
J. Anim. Sci. 16 (10): 1443 – 1450.
Aharoni, Y., A. Brosh And Y. Harari.
2005. Night Feeding For High-Yielding Dairy Cows In Hot Weather: Effects On
Intake, Milk Yield And Energy Expenditure. Livest. Prod. Sci. 92: 207 – 219.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak
Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Astuti, M. 1985. Efek Lokasi Petani Peternak dan
Besar Kelompok Ternak yang Dimiliki terhadap Variabilitas Domba di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Laporan
Penelitian. Lembaga Penelitan Universitas Gadjah Mada.
Bhatta, R., V. Kumar, M. Sridhar And K.
Singh. Energy Expenditure In Crossbred Cattle Fed Paddy Straw Of Different
Form. 2006. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 19: 1755 – 1760
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu
Peternakan Cetakan ke -4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. (
Diterjemahkan oleh B.Srigandono).
Chandramoni., S.B. Jadhao, C.M. Tiwari
And M.Y. Khan. 2000. Energy Metabolism With Particular Reference To Methane
Production In Muzaffarnagari Sheep Fed Rations Varying In Roughage To
Concentrate Ratio. Anim. Feed Sci. Tech. 83(3 – 4): 287 – 300.
Chuzaemi, S. dan Hartutik. 1988. Ilmu
Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang.
Departemen Kehutanan. 2006. Laporan
Akhir Investasi dan Identifikasi Mangrove Wilayah Balai Pengelolaan DAS Pemali
Jratun Provinsi Jawa Tengah. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial.
El-Meccawi, S., M. Kam, A. Brosh And
A.A. Degen. 2008. Heat Production An Energy Balance Of Sheep And Goats Fed Sole
Diets Of Acacia Saligna And Medicago Sativa. Small Rum.
Res. 75(2 – 3): 199 – 203.
Haddad, S.G. And M.Q. Husein. 2004. Effect
Of Dietary Energy Density On Growth Performance And Slaughtering
Characteristics Of Fattening Awassi Lambs. Livest. Prod. Sci. 87(2 – 3): 171 –
177.
Haque, N., S. Toppo, M.L. Saraswat And
M.Y. Khan. 2008. Effect Of Feeding Leucaena Leucocephala Leaves And Twigs
On Energy Utilization By Goats. Anim. Feed Sci. Tech. 142(3 – 4): 330 – 338.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.
D. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia Cetakan ke -2. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S.
Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk
Indonesia. International
Feedstuffs
Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University,
Logan.
Haryanto, B. Dan A. Thalib. 2009. Emisi
Metana Dari Fermentasi Enterik: Kontribusinya Secara Nasional Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya Pada Ternak. Wartazoa. 19(4): 157 – 165.
Hill, J. And J.D. Leaver. 1999. Energy
And Protein Supplementation Of Lactating Dairy Cows Offered Urea Treated
Whole-Crop Wheat As The Sole Forage. Anim. Feed Sci. Tech. 82(3 – 4): 177 –
193.
Hosoda, K., T. Nishida, W.Y. Park And B.
Eruden. 2005. Influence Of Menthapiperita L. (Peppermint) Supplementation On
Nutrient Digestibility And Energy Metabolism In Lactating Dairy Cows.
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 18(12): 1721 – 1726.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan
dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirements
of Ruminants in Developing Countries. International feedstuffs Institiute Utah
Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan Utah USA.
Muktiani, A., J. Achmadi, B. Haryanto,
W. Puastuti Dan S. Priyanta. 2012. Pemanfaatan Limbah Kobis Sebagai Pakan Sapi
Potong. Pros. Seminar Nasional “Pengembangan Aspek Zooteknis Untuk Mendukung Sumberdaya
Dan Ternak Lokal”.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan
Kambing Potong. Penebar
Swadaya,
Jakarta.
Murtidjo,
B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar