makalah reproduksi unggas
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Unggas
merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia.Unggas
mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa
memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan
ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur
reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas jenis burung
seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur
serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.
Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun
membusuk, panas matahari,atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. Dalam
bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini
memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia.Kelompok unggas merupakan
hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian,
fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh.Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkankloaka.Pada
unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis danductus deferens.
Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ
reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang
berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah
sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system Reproduksi pada Unggas.
B.
RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dari
pembuatan makalah ini yaitu :
1.Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
1.Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem
Reproduksi Unggas
Organ reproduksi pada unggas adalah
ovarium dan oviduct untuk unggas betina dan testis untuk unggas
jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang berkembang no mal
dan berfungsi dengan baik, tetapi untuk bagian kanan mengalami rudimeter.
1. Ayam Betina
Organ
reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium
terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum,
magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina). Secara lengkap oviduct
dan ovarium digambarkan oleh Nesheim seperti tampak pada gambar 2.
a.
Ovarium
Ovarium
terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada
garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur
atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak
mengandung folikel-folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang
telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna
putih.
Yolk merupakan tempat disimpannya sel
benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan
dipertahankan oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan
membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai
komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis.
Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina
dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang
tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian
stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur,
sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari
infundibulum.
Gambar 1. Ovarium dari ayam petelur
Perkembangan kuning telur dimulai
setelah oocyt (discus germinalis) berkembang secara
perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan
zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk
terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk,
sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi
lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari 6
sampai 35 mm. Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang
dipengaruhi oleh perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam.
Pada hari ke-4 sebelum ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna
seperti pada yolk masak. Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk
mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan
diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan
folikel yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya
kematangan seksual pada ayam betina.
Ovarium menghasilkan beberapa hormon
pada saat perkembangannya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena
adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar
pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa
mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna. Perlahan lahan
oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur,
dengan dihasilkannya FSH tersebut.
Setelah ayam dewasa ovarium juga
memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran
reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi
lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan
tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang
berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus untuk
membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal.
b.
Oviduk
Oviduk
terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.
Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya mengalami
rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus
Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai. Oviduk
terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum,
ithmus, uterus atau shell gland dan vagina.
Gambar 2. Organ reproduksi ayam
betina
Oviduk mempunyai struktur yang
kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam
waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal
(serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan
pengikat pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi
seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa lekukan maupun
lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta mendapat stimulus dari
estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks dengan
terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas
sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks
sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat
membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan
albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut.
Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas
dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti
corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian
kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang
tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur
sampai ke kutub-kutub telur. Pada bagian leher infundibulum yang merupakan
bagian kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga
tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini
terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi.
Infundibulum selain tempat ovulasi
juga merupakan tempat terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan
mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak
peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum.
Magnum. Magnum merupakan saluran
kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas
antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar. Magnum
mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur.
Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam.
Albumen padat yang kaya akan mucin
disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan
jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur
masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah
yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmus-magnum.
Panjang ithmus sekitar 10 cm dan
merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak
tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya
mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran
sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam
albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam.
Dua lapisan membran sel telur saling
berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut
rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi
1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur.
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk
yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus telur mendapatkan
kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam kalsium. Uterus (shell
gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan
telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam.
Selain pembentukan kerabang pada
uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan disekresikannya albumen cair,
meneral, vitamin dan air melalui dinding
uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada
uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25%.
Deposisi kalsium sudah terjadi
sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada
bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit)
yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur
berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium.
Formasi terbentuknya kerabang telur
dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus
yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk
karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang
terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh
enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion
bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas.
Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat
di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada
gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan
kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium
akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang.
Gambar 3. Pembentukan kerabang telur dalam uterus.
Pembentukan kerabang juga diikuti
dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari kerabang telur
adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya
tergantung pada genetik setiap individu. Pigmen kerabang (oopirin)
dibawa oleh darah (50 –70%) dan disekresikan saat 5 jam sebelum
peneluran. Pembentukan kerabang berakhir dengan terbentuknya kutikula yang
disekresikan sel mukosa uterus berupa material organik dan juga mukus untuk
membentuk lapisan selubung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran
telur masuk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna untuk
sirkulasi air dan udara.
Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah
vagina dengan panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian vagina setelah
pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina
telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna
untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah.
Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka.
2.
Ayam
Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri
dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ
kopulasi pada kloaka (Cl), Berikut gambarnya
Gambar 4. Organ reproduksi dan urinari pada ayam
jantan
a.
Testis
Testis
berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas
testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum Fungsi testis
menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut
sperma.
b.
Epididimis
Epididimis
berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi
sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
c.
Duktus
deferens
Jumlahnya
sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak
berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka
sebelah lateral urodeum.
Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir
pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila
kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi.
B. Fertilasi
Fertilisasi merupakan suatu proses
penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan
betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote. Secara embriologik
fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh sperma dan secara genetik
merupakan pemasukkan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum.
Gambar 5. Fertilisasi pada
ayam
Hanya beberapa lusin sel sperma yang
dapat mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona
pelusida yang akhirnya hanya satu buah sperma yang bisa membuahi ovum. Begitu
pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum
dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina,
sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut telur fertil dan
telur yang tidak dibuahi disebut telur infertil atau telur konsumsi.
Gambar 6. Perkawinan alami pada ayam
C. Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu
proses yang melibatkan sistem hormon dan sistem syaraf karena adanya variasi
panjang siang dan malam yang mempengaruhi ovulasi dan peneluran. Lama
penyinaran tertentu akan mempengaruhi sistem syaraf sehingga mengakibatkan
pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi merupakan suatu
proses yang penting untuk suatu awal produksi telur.
D. Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran
Manajemen pengaturan cahaya sangat
mempengaruhi proses integral dalam produksi telur. Pengaturan pemberian cahaya
dalam manajemen ayam petelur dengan waktu 12 sampai 14 jam dalam satu hari yang
terbagi menjadi waktu gelap dan waktu terang, mengingat ayam mempunyai sifat
sangat sensitif terhadap waktu penyinaran. Waktu penyinaran ini mempengaruhi
sifat mengeram, dewasa kelamin, periode bertelur, produksi telur dan tingkah
laku sosial perkawinan.
Penerimaan cahaya pada ayam akan
mengakibatkan rangsangan terhadap syaraf pada syaraf optik, yang dilanjutkan
oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk memproduksi hormone releasing
factor (HRS). Hormone releasing factor selanjutnya merangsang pituitaria
pars anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. HRS juga merangsang pituitaria
pars posterior untuk menghasilkan oksitosin.
E. Pengaruh Hormon Terhadap Peneluran
FSH berpengaruh terhadap
perkembangan folikel pada ovarium sehingga mempunyai ukuran yang tertentu. Pada
saat perkembangan ovum FSH merangsang ovarium untuk mensekresikan estrogen yang
akan mempengaruhi perkembangan pematangan oviduk untuk dapat mensekresikan
kalsium, protein, lemak, vitamin, dan substansi lain dari dalam darah untuk
pembentukan komponen telur. Hasil sekresi komponen telur tersebut akan
mengakibatkan terjadinya perkembangan telur pada oviduk, sehingga dihasilkan
telur utuh di dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi.
Ovum akan berkembang terus sehingga
terjadi pematangan ovum. Proses pematangan ovum disebabkan adanya LH. Setelah
ovum masak maka selaput folikel akan pecah dan ovum jatuh ke dalam mulut
infundibulum (peristiwa ovulasi), proses ovulasi ini juga disebabkan peranan
LH.
Proses pembentukan komponen telur di
dalam oviduk berlangsung dengan adanya hormon estrogen, juga terjadi
pembentukan granula albumen oleh stimulasi dari hormon androgen dan
progresteron sampai tercapai telur sempurna. Setelah telur sempurna, maka pituitaria
pars posterior akan mensekresikan oksitosin yang merangsang oviduk sehingga
terjadi ovoposition dan merangsang uterus untuk mengeluarkan telur pada
proses peneluran.
F. Siklus irama bertelur
Ayam bertelur dengan irama bertelur,
yaitu bertelur satu atau lebih pada hari berurutan dan kemudian diikuti satu
hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima butir atau lebih dalam satu irama
bertelur atau disebut clutch.
Ovulasi biasa terjadi pada siang
hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang terjadi setelah jam 15.00. Telur
setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum untuk mendapat selubung
albumen, 1,25 jam di ithmus dengan terbentuknya membran kerabang dan 21 jam di
uterus untuk terbentuknya kerabang keras. Sehingga secara total dibutuhkan 25
sampai 26 jam untuk waktu pembentukan telur. Ovulasi berikut pada satu
irama bertelur terjadi 30 sampai 60 menit setelah ovoposition
sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap
siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari berikutnya pada clutch yang
sama akan terlambat. Akhirnya akan semakin terlambat sampai mencapai jam 14.00
- 15.00. Bila batas waktu ini tercapai, maka akan terjadi penundaan ovulasi,
sehingga bertelurnya tertunda satu hari atau beberapa hari sebelum irama
bertelur baru dapat dimulai. Ovulasi pada irama bertelur baru terjadi pada
pagi hari .
Ada beberapa tipe clutch,
yaitu reguler, ireguler dan kontinyu. Reguler terjadi apabila jumlah telur dan
jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur mempunyai jumlah yang sama.
Ireguler terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu
irama bertelur tidak sama. Kontinyu terjadi jika terjadi pengulangan
jumlah telur dan satu hari istirahat yang sama pada satu irama peneluran. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut:
1.
Reguler: + + + - - + + + - - + + + dst.
2.
Ireguler: + + + + - - + + + - - + + + + + dst.
3.
Kontinyu: + + + + + - + + + + + - + + + + + dst
BAB
III KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan dan diskusi dalam makalah ini dapat ditarik eksimpulan antara
lain:
1. Sistem reproduksi pada unggas
dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan betina. Reproduksi jantan
terdiri dari Testis yang berjumlah sepasang, Saluran reproduksi berupa tubulus
mesonefrus, Duktus aferen, Epididimis, kloaka. Sedangkan pada betina terdiri dari
Ovarium dan Saluran reproduksi berupa ovidak yang terdiri
dariinfundibulum,magnum,isthmus,uterus,vaginadankloaka.
2. Proses pembentukan telur pada
unggasyaitu :
•
ovarium dan ovidak yang mengalami perubahan-perubahan
•
kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).
•
folikel ovarium bertambah
•
ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane
kerabang, kalsium krbonat kerabang, dan kultikula.
•
Tingkat esterogen, plasma darah, yang tinggi mulai perkembangan tulang,
mendulayer, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati
•
Yolk pertama terbentuk kemudian di ikuti pembentukan yolk kedua.
•
Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone,
testosterone.
•
sekitar 7 hari sebelumovulas95-99%,materialyolkditambahkan.
•
zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju
ke ovidak
•Setelah
ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk ke dalam infundibulum
•Terjadipertemuandenganseljantan
•Diteruskan
kemagnum
•telur
menerima lapisan albumen
•Sekresi
albumen kedalam lumen.
•bergerakkeisthmusTelur
tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam
•Telurbergerakkeuterus(22jam.)
•
dikeluarkan. Dengan ujung yang tumpul yang lebih dulu.
3. Perkembangan embrio ada dua yaitu :
a)
Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh meliputi :
Pembuahan, Zigot, Embrio berkembang, Dalam isthmus sel membelah pertama,
Menjadi blastoderm,gastrulasi.
b) Perkembangan embrio selama penetasan meiputi
: Telur dierami dan terbentuk lapisan ke tiga yaitu mesoderm, Berkembang
menjadi tulang, darah dan organ sekretori, Embrio berkembang karena adanya
membran ekstra embrional.(choiron, amnion, yolk sac dan allantois). Embrio
terus berkembang hingga akhirnya telur menetas.b.Penetasan ada dua yaitu secara
alam yang dilakukan oleh induknya sendiri dengan cara dierami dan secara buatan
dengan menggunakan mesin buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijatna,
Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)
Komentar
Posting Komentar