agrostologi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hijauan Makanan Ternak (HMT)
merupakan hijauan yang biasa diberikan pada ternak sebagai pakan setiap
harinya. HMT merupakan sumber serat kasar yang utama. Di dalam sistem
pemeliharaan ternak tradisional di Indonesia HMT merupakan bagian terbesar dari
keseluruhan pakan yang diberikan. Pada umumnya hijauan yang diberikan
terdiri dari rumput dan leguminosa yang mudah didapat di sekitar lokasi
peternakan.
Rumput untuk makanan ternak
umumnya berupa rumput lokal atau rumput asli yang banyak tumbuh di alam. Lokasi
pencarian rumput pada umumnya di padang penggembalaan umum, pematang sawah,
pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau perkebunan. Leguminosa juga
banyak ditemukan di sela-sela pematang sawah, pinggir jalan maupun hutan.
Tanaman leguminosa banyak ditanam sebagai pagar batas lahan pekarangan atau
sawah. Petani biasa mencari hijauan sambil pergi ke sawah sehingga bisa
dikatakan sebagai usaha sambilan. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan di
sawah pulang sambil membawa hijauan untuk pakan ternak.
Pada
bidang peternakan rumput merupakan fondasi yang kuat dalam usaha peningkatan
produksi protein hewani. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum
digunakan oleh peternak dan diberikan dalam jumlah yang besar, hal ini karena
rumput mampu tumbuh cepat setelah pemotongan atau pengembalaan.
McIlroy
(1977) menyatakan beberapa sebab rumput digunakan sebagai pakan ternak yaitu:
a.
Cepat
membentuk tunas-tunas baru setelah pemotongan atau pengembalaan
b.
Rumput
yang berkembang biak dengan rhizoma dan stolon akan mudah membentuk akar
tambahan sehingga cepat menutup permukaan tanah
c.
Sistim
perakaran kuat
d.
Rumput
mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatifnya dan hanya berhenti pada musim
kering dan musim dingin.
Menurut
Rukaman (2005) mengatakan bahwa rumput sangat berpengaruh pada produksi ternak.
Oleh karena itu, pemberiannya harus mencukupi kebutuhan ternak, baik untuk
hidup maupun pertumbuhannya. Selanjutnya dikatakan kekurangan rumput pada musim
kemarau merupakan hal yang sangat umum ditemukan pada berbagai daerah, hal ini
mendorong petani untuk mencari pakan-pakan yang potensial, baik hijauan makanan
yang dibudidayakan maupun yang tumbuh secara alami.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan praktikum yaitu
untuk memenuhi lapiran hasil paraktikum AGROSTOLOGI, untuk mengetahui cara
penelitian pada HMT, sehingga dapat menjadi contoh bagi penulis untuk
penel;itian selanjutnya dan untuk membandingkan ilmu yang didapat di
lokal/kelas dengan ilmu yang didapat dilapangan.
C.
Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum yaitu mendapatkan pengalaman
atau ilmu cara meneliti HMT yang dapat dijadikan oleh penulis sebagai contoh.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilakukan pada bulan Desember – Januari selama 6 minggu, yang dilakukan
pada hari Jumat, Jam 16.00 WIB di lahan milik FAPERTAPET di kampus UIN SUSQA
Riau.
B.
Materi Praktikum
a.
Bahan
a)
Rumput BD dan Rumput Setaria
b)
Area lahan Rumput BD dan Setaria
c)
Pupuk NPK
b.
Alat
a)
Peralatan yang digunakan untuk praktikum yaitu
cangkul, parang, timbangan rumput, alat untuk mengukur pH tanah dan arit.
C.
Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada
praktikum yaitu metode pengamatan secara langsung.
D.
Kegiatan Praktikum
Setiap kelompok praktoikum akan merawat dan
mengamatipastura dengan ukuran 18 x 18. Jenis rumput yang digunakan adalah
rumput Brachiria decumbens (BD) dan rumput Setaria (Setaria splendida).
Legume merambat (LM) yang digunakan adalah Sentro (Centrocema pubescen)
dan Klitoria (Klitoria ternatea). Sementara itu, jenis legum pohon (LP)
yang digunakan adalah lamtoro (Leucaena leococephala) dan indogofera
arecta.
Hijauan pakan ternak tersebut
ditanam dengan menggunakan sistem penanaman campuran (mixculture) dan tunggal
(monoculture) serta legum pohon berfungsi sebagai selimut atau pagar yang
mengelilingi plot-plot dri penanaman campuran dan tunggal (gambar 1). Luas
masing-masaing plot adalah 11 m2 (2x5,5 m)bdengan jarak antara plot
1,5 m.jarak tanam untuk masing-masing pola penanaman 0,5x0,5 m, sehingga jumlah
tanaman dalam satu plot ± 60 rumpun. Pada pola penanaman campuran dalam 1 plot
jumlah rumpun rumput dan legum masing-masingnya adalah ± 30 rumpun. Sementara
itu, 2 legum pohon yang berfungsi sebagai selimut ditanam dalam bentuk baris
yang mengelilingi plot. Baris ter;luar ditanami lamtoro dan baris sebelah
ditanami dengan indigofera. Jarak tanam antara legum pohon dan terhadap plot
adalah 1,5 m.
A
B
C
Gambar 1. Bentuk dan pola tanam pastura
Keterangan
:
A.
Mixculture (R dan LM)
B.
Monoculture (R/LM)
C.
Selimut (LP)
a)
Metode kerja
1.
Setiap kelompok mendapatkan lahan yang telah
ditanami dengan hijauan makanan untuk dirawat dan diamati dengan ukuran 18x18
m.
2.
Lahan dibersihkan dan digemburkan kembali
secara manual dengan menggunakan sabit dan cangkul.
3.
Sebelum pengamatan dilakukan rumput dan legum
dipangkas kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.
4.
Kemudian dilakukan pemupukan, pemberian NPK
dilakukan 1 minggu setelah pemangkasan 50/kg.
5.
Penyulaman akan dilakukan pada hijauan makanan
ternak yang mati
6.
Pembersihan lahan dari gulma akan dilakukan
satu kali dalam seminggu
7.
Panen akan dilakukan pada umur 35 hari setelah
tanam.
b)
Parameter yang akan diamati
1.
Pertambahan tinggi vertikal tanaman (cm)
Tinggi vertikaldiukur pada
setiap rumpun hijauan pada masing-masing plot dan diukur setiap 1 minggu
setelah pemangkasan. Pertambahan tinggi vertikal diporel dari selisih tinggi
vertikal minggu terahkir dengan minggu sebelumnya.
2.
Pertambahan jumlah anakkan
Jumlah anakkan rumput
dihitung pada setiap rumpun pada masing-masing plot dan dihitung setiap 1
minggu setelah tanam sampai pertambahan jumlah anakkan diperoleh dari selisih
jumlah anakkan minggu terahkir dengan minggu sebelumnya.
3.
Pertambahan jumlah daun trifoliate (Sentro)
Jumlah daun trifoliate
dihitung setiap minggu pada setiap rumpun sentro pada masing-masing plot.
Pertambahan jumlah daun trifoliate diperoleh dari selisih jumlah minggu
terahkir dengan sebelumnya.
4.
Produksi segar tajuk (g)
Produksi segar tajuk diukur
pada saat panen (umur 60 hari) dengan cara memotong bagian hijauan 20 cm dari
permukaan tanah pada setiap rumpun hijauan. Timbangan yang akan digunakan
adalah timbangan dengan kapasitas 20 kg.
5.
Berat kering dan produksi berat kering tajuk
(g)
Berat kering jatuk diukur
dengan cara mengambil sebanyak kira-kira 500 g dari 5 rumpun tanaman yang
dipanen kemudian dikering anginkan selama 48 jam dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu 700C selama 48 jam. Setelah berat kering
diketahui selanjutnya dihitung produksi berat kering tajuk dengan cara
mengalikan porsentasi berat kering dengan produksi segar tajuk.
c)
Analisa statistik dan
penyajian data
Data
hasil pengamatan pada masing-masing perlakuan akan dibuat rataanya. Kemudian
dibandingkan untuk mendapatkan pengaruh pola tanam (campuran dan tunggal)
terhadap pertumbuhan dan produksi hijaun. Data vhasil pengamatan (pertambahan
tinggi vertikal, pertambahan jumlah anakkan dan pertambahan daun trifoliate)
disajikan dalam bentuk grafik.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Rumput (Gramine)
Klasifikasi
rumput berdasarkan taxonomy of vascular plants (George H.M lawrwnce, 1995)
Kingdom : Plant
Divisi : Pteridophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflora
Family : Graminae
Famili
graminae mempunyai morfologi kompleks, merupakan tumbuhan herbal annual atau
perennial, jarang dalam bentuk tanaman kayu. Berakar serabut, ada atau tidak
ada rhizome, batang utama (clum) tumbuh tegak, rebah, menjalar; berongga atau
masif atau padat, buku (node) selalu mengeras atau tersekat; bulat, jarang
sekali berbentuk pipih atau membentuk sudut.
Daun
tunggal dibagian buku; terdiri dari pelepah (sheath) yang melindungi batang dan
tertumpuk atau bersatu dibaguian pangkalnya, helai daun (blade) biasanya pipih
dan memanjang, jarang yang mempunyai petiole kecuali pada bambuseae, zingiteks
dan pharus; bentuk legule bermacam-macam, seperti embran, transparan atau
mempunyai rambut kasar.
A)
Brachiria decumbens Staph
(BD)
Nama
umum : rumput BD, rumput signal
Daerah
asal : Uganda, Afrika
a.
Diskripsi rumput BD:
a)
Berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan
lebat dan sangat agresif
b)
Tinggi hamparan dapat mencapai 30-45 cm
c)
Daun runcing, kaku dan bertekstur agak kasar.
Warna daun hijau gelap dan agak kekuningan jika kekurangan pupuk nitrogen,
mempunyai rambut halus, tipe bunga mayang bendera.
d)
Sistem perakaran luas dalam serta memiliki
stolon pendek dan tahap terhadap injakan dan regutan.
b.
Penggunaan atau pemanfaatan rumput BD
a)
Biasanya ditanam untuk padang penggembalaan
permanen, tetapi juga ditanam atau dikonservasi pada sistem potong angkut oleh
peternak kecil.
b)
Ditanam sebagai penutup tanah yang digembalai
pada perkebunan dan memberi penutup yang baik untuk menahan erosi pada daerah
yang miring.
c)
Digunakan pada sistem padi dataran tinggi di
sabana colombia.
d)
Dapat memberikan padang penggembalaan penutup
mengontrol Chromolaena odorata di Cina.
c.
Penanaman atau budidaya rumput BD
a)
Mudah disemaikan dengan biji yang berat. Jumlah
semai sekitar 2-4 kg/ha. Tetapi karena daya tumbuhnya rendah maka lebih baik
ditanam dengan mempergunakan plos dengan jarak 30x30 cm untuk memperoleh
penutupan tanah yang cepat.
d.
Spesies pasangan rumput BD
Karena
sifatnya yang agresif maka akan dapat tumbuh baik dengan:
a)
Legume: desmodium heterophyllum, D.
Heterocarpan subsp. Ovalifolium, arachis spp., stylosanthes guianensis var.
Guianensis, centrosema molle, C. Macrocapum, desmodium intortum.
e.
Produksi dan nilai nutrisi rumput BD
a)
Kapasitas produksi 90-150 ton segar/ha/tahun
b)
Nilai nutrisi cukup tinggi (seperti rumput
tropis yang lain) tetapi tergantung pada status kesuburan tanah. Sedang sampai
tinggi kecernaan (50-80%), PK berkisar dari 9-20% tergantung pada kesuburan
tanah manajemen, tetapi dapat menurun dengan cepat seiring umur daun, dari 10%
pada umur 30 hari menjadi 5 % pada umur 90 hari.
f.
Palatabilitas atau kesukaan rumput BD
a)
Palatabilitas cukup baik tetapi tergantung
kesuburan tanah. Rumput BD tidak disukai kuda.
g.
Keunggulan rumput BD
a)
Produksi tinggi dengan manajemen yang intensif
b)
Tahan penggembalaan berat
c)
Bertahan hidup pada tanah asam, tidak subur.
d)
Hasil biji tinggi sehingga secara relatif
adalah biji yang murah.
h.
Kelemahan rumput BD
a)
Rentan terhadap serangan spittlebug pada daerah
tropis
b)
Kecocokan rendah dengan banyak legum.
c)
Toleransi rendah terhadap pengairan yang buruk.
Gambar morfologi rumput BD
secara utuh dan secara parsial (bunga, daun, batang dan akar)
B)
Euchena mexiko
Nama
umum : Rumput Meksiko
Daerah
asal : Meksiko dan Amerika
Tengah
Rumput meksiko tumuh baik didaerah dengan curah
ujan lebih dari 1000 mm/tahundanmenghendaki tanah subur serta tahan terhadap
genangan sementara. Rumput ini biasanya ditanam dengan stek dan digunakan
sebagai bahan pakan ternak. Kapasitas rumput meksiko 15-70 ton BK/ha/tahun.
Gambar morfologi rumput meksiko
secara utuh dan secara parsial (bunga, daun, batang dan akar)
C)
Rumput Setaria (Setaria
sphacelata)
Rumput
Setaria (Setaria Sphacelata) atau dikenal dengan nama Rumput lampung atau
Golden Timothy merupakan jenis rumput yang berasal dari Afrika.
Fungsi
tanaman Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) adalah sebagai penutup tanah, rumput
lapangan dan padang penggembalaan.
Gambaran
umum dari Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) adalah :
a)
Tumbuh tegak membentuk rumput
b)
Tinggi tanaman dapat mencapai 2 m
c)
Daun lunak, lebar agak berbulu pada permukaan
atasnya terutama dekat batang
d)
Pangkal batang berwarna kemerah-merahan
e)
Bunga bersusun dalam tandan warna coklat
keemasan
f)
Sangat disukai ternak
g)
Sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen
h)
Tanah kering
i)
Baik tumbuh di dataran tinggi (0-2.000 m atau
lebih)
Persyaratan tumbuh Rumput
Setaria (Setaria Sphacelata) adalah :
j)
Tinggi tempat 200-300 m dari permukaan laut
k)
Struktur tanah sedang sampai berat
l)
Curah hujan tahunan tidak kurang dari 760 mm
Pengelolaan
Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) adalah :
a)
Dapat ditanam dalam barisan berjarak 90-120 cm
b)
Dapat ditanam bersama dengan leguminsoa Desmodium
intortum, dan lamtoro
Perbanyakan
Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) adalah :
a)
Biji (4-10 kg/ha)
b)
Sobekan rumput
Produksi
Rumput Setaria (Setaria Sphacelata) adalah :
a)
Benih 112 kg/ha
b)
Biji 60-100 ton hijauan/ha/tahun
B. Legum (Leguminose)
Klasifikasi
legume berdasarkan taxonomy of Vascular Plants (GeorgeH.M Lawrence ,1995):
Kingdom
: Plant
Divisi : Ptreridophyta (tumbuhan
vascular)
Sub-divisi
: Angiosperma
Class : dicotyledonea
Ordo : Rosales
Famly : leguminosaae (pee famly )
Sub-famly
: 1. Mimisoidea
2.
caecalpilionoideae
3.
papilionoideae
Mimosoideae dan Caecalpinioideae pada
umumnya merupakan tumbuhan daerah tropis dan sedikit peranannya sebagai tanaman
pertanian.Papilionoideae sebagian besar merupakan tanaman pertanian dan
mempunyai jumlah spesies yang paling banyak (12.000 spp ) yang terbesar di daerah tropis dan subtropis.
Daun leguminosae biasanya alternate dan compound pinnate dan trifoliate bunga
umumnya hema prodit (banci ).
a. Fiksadi nitrogen
Leguminosa dikenal sebagai
tanaman berguna dalam memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah, akan
tetapi baru kepada abad 19 di temukan bahwa leguminosa dapat meningkat nitrogen
kedalam tanah melalui fiksasi oleh bakteri yang ada pada nodul akar .Nitrogen
selanjutnya dapat tersedia bagi tanaman inang.nitrogen tanah meningkat melalui
disintregrasi nodul dan sebaliknya bakteri memperoleh suplay karbohidrat dari
inang.
Hal inilah yang membuat
leguminosae menjadi sangat penting dalam pertanian ,karena :
a)
Dapat
menghasilkan makanan kaya protein untuk manusia dan ternak,
b)
Mempunyai
peranan penting dalam rotasi tananman pangan
c)
Digunakan
sebagai tanaman campuran di padang rumput dan padang pengembalaan
d)
Dapat
berfungsi sebagai tanaman penutup tanah
Bakteri rhizobium spp adalah
bakteri yang terdapat pada nodul akar
leguminosae.Rhizobium spp biasanya
hidup bebas didalam tanah jika tidak bersimbiosis dan akan menyerang akar
leguminosae pada fase perkecambahan.masuk melalui rambut akar dan menembus
masuk kebagian korteks, kemudian
bakteri ini merangsang pembelahan sel korteks menjadi tetraploid yang akhirnya
akan menghasilkan nodul yang Nampak dipermukaan akar. Besar dan bentuk nodul
berpariasi,akan tetapi bentuk tersebut tidak berubah setipa spesies leguminosae
A)
Centroseenma pubesc
Nama umum : Sentro
Daerah asal : Amerika Selatan tropis
a.
Deskripsi sentro
Tubuh menjalar dan
memanjat,berbatang lunak dan tertutup sedikit berbulu halus berwana putih.
Bagian pangkal tubuh menjalar dan sisinya memanjat,siat memanjat lebih dominan
di bandingkan dengan kalopo,berdaun majemuk dengan tiga anak daun (daun
tripoliat) helai daun berbentuk elips dengan ujung meru ncing agak kasar dan
berbulu halus pada kedua permukaannyaberbunga kupu-kupu,besar dan berwaran
violet muda, buah polong silindris,panjang 4-17cm berwarna hijau pada saat muda
dan berubah menjadi coklat kehitaman setelah masak.biji warna coklat dengan
garis seperti batik .
b.
Adaptasi
sentro
Sesuai untuk daderah iklim yang
tropis dengan curah hujan 1200-1500 mm/tahun, agak tahan terhadap musim kemarau
panjang.masih dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur asalkan
berdrainase baik,cukup air dan sinar matahari.
c.
Pemanfaatan
dan kualitas sentro
Digunakan sebagai pakan ternak
dengan system potongan, kadang-kadang untuk pengembalaan.Disukai ternak Nilai
gizi :BK 24,1% Protein 16,8% lemak 4,0% SK 33,2% Abu 9.4 % dan BETN 36,5 %.
Gambar morfologi Centroseenma pubesc secara utuh dan secara
parsial (bunga, daun, batang dan akar)
B)
Clitoria Ternatea
Spesies : Clitoria ternatea L.
Nama Inggris : Butterfly pea, K(C)ordofan pea,
blue pea, Asian pigeon-wings
Nama Indonesia : Bunga biru, bunga telang
Nama Lokal : kembang telang (Jawa), kembang
telang (Sunda), bunga telang (Makasar), saya ma gulele (Ternate), bisi (Galelo)
a. Deskripsi
Ternatea memanjat, melata atau
tak beraturan dengan rimpang berkayu. Batang lampai dengan panjang 0.5-3 m,
berbulu atau gundul, kadang-kadang pangkalnya agak tegak, daun menyirip dengan
5-7 helai, berbentuk menjorong, lonjong, lonjong-melanset atau hampir
membundar, permukaan daun bagian atasnya gundul, sedangkan permukaan bawahnya
berbulu. bunga di ketiak, tunggal atau berpasangan, berwarna putih atau putih
kehijauan seringkali dengan pinggiran biru atau seluruhnya biru seringkali
daerah dasar tengah berwarna kuning atau kehijauan, berbulu tebal, tepinya
kadang-kadang bersilia, polong berbentuk memita-lonjong, gundul atau dengan
campuran rambut panjang melekap dan rambut yang sangat pendek., biji berjumlah
8-10, menjorong, lonjong atau lonjong-mengginjal, berwarna hijau zaitun, coklat
muda atau coklat kemerahan tua dengan loreng gelap atau hampir gelap.
b.
Distribusi atau Penyebaran
Asal yang sebenarnya tidak diketahui, namun
tumbuh meliar di dataran rendah tropika lembab di Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
c.
Habitat
Kembang telang adalah tumbuhan
tropika dataran rendah lembab dan agak lembab, tetapi toleran terhadap musim
kering di daerah tropika (dengan curah hujan 500-900 mm).
Gambar morfologi rumput Clitoria Ternatea secara utuh dan secara parsial
(bunga, daun, batang dan akar)
C.
Pembangunan Pastura
Pembangunan pasture atau
pastureestablishment dapat berupa pembuatan padang rumput buatan atau padang
pengembalaan. Pembuatan padang rumput buatan merupakan pengubahan suatu bentuk
tutupan lahan yang semula berupa padang rumput menjadisuatu wilayah budidaya
hijauan pakan.Pembuatan padang penggembalaan lebih mengarak pada perbaikan
padang rumput asli untuk mendapatkan suatu nilai produksi tertentu.
D.
Hasil
1.
Grafik Hasil Pertambahan HMT
Hasil Pengamatan
Pertambahan Tinggi Vertikal Tanaman Hijauan Makanan Ternak Pada Minggu I
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada Plot ke-1
|
||||
|
23,00
|
20,00
|
24,00
|
23,00
|
25,00
|
19,00
|
23,00
|
23,00
|
24,00
|
20,00
|
24,00
|
21,00
|
25,00
|
|
24,00
|
25,00
|
19,00
|
23,00
|
|
25,00
|
|
25,00
|
|
20,00
|
Rata-rata
|
22,75
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada Plot ke-IV
|
||||
31,00
|
35,00
|
34,00
|
30,00
|
32,00
|
36,00
|
25,00
|
37,00
|
38,00
|
23,00
|
30,00
|
35,00
|
30,00
|
35,00
|
32,00
|
27,00
|
28,00
|
28,00
|
35,00
|
30,00
|
32,00
|
30,00
|
32,00
|
32,00
|
32,00
|
Rata-rata
|
31,56
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada Plot ke-VI
|
||||
25,00
|
|
|
25,00
|
18,00
|
14,00
|
|
19,00
|
30,00
|
20,00
|
21,00
|
18,00
|
15,00
|
17,00
|
19,00
|
21,00
|
27,00
|
|
15,00
|
25,00
|
20,00
|
16,00
|
27,00
|
|
|
27,00
|
26,00
|
10,00
|
26,00
|
21,00
|
|
33,00
|
22,00
|
25,00
|
21,00
|
22,00
|
21,00
|
20,00
|
20,00
|
25,00
|
19,00
|
20,00
|
18,00
|
|
20,00
|
29,00
|
17,00
|
|
27,00
|
23,00
|
30,00
|
28,00
|
28,00
|
20,00
|
26,00
|
Rata-rata
|
22,09
|
Rumput setaria pada plot
ke-II
|
||||
27,00
|
24,00
|
26,00
|
11,00
|
27,00
|
25,00
|
22,00
|
27,00
|
30,00
|
30,00
|
27,00
|
20,00
|
20,00
|
20,00
|
23,00
|
30,00
|
28,00
|
23,00
|
19,00
|
21,00
|
24,00
|
30,00
|
29,00
|
26,00
|
32,00
|
24,00
|
27,00
|
27,00
|
25,00
|
32,00
|
24,00
|
24,00
|
28,00
|
28,00
|
27,00
|
23,00
|
29,00
|
24,00
|
24,00
|
28,00
|
24,00
|
25,00
|
25,00
|
27,00
|
27,00
|
27,00
|
26,00
|
23,00
|
28,00
|
25,00
|
24,00
|
26,00
|
25,00
|
22,00
|
29,00
|
Rata-rata
|
25,42
|
Rumput Setaria pada plot
ke-III
|
||||
27,00
|
25,00
|
17,00
|
30,00
|
|
24,00
|
12,00
|
22,00
|
33,00
|
30,00
|
27,00
|
32,00
|
26,00
|
25,00
|
35,00
|
21,00
|
22,00
|
24,00
|
26,00
|
28,00
|
23,00
|
24,00
|
20,00
|
29,00
|
|
Rata-rata
|
25,30
|
Rumput Setaria pada plot ke-V
|
||||
33,00
|
25,00
|
35,00
|
39,00
|
33,00
|
32,00
|
31,00
|
32,00
|
31,00
|
30,00
|
30,00
|
31,00
|
30,00
|
35,00
|
31,00
|
32,00
|
28,00
|
29,00
|
30,00
|
32,00
|
30,00
|
32,00
|
30,00
|
28,00
|
27,00
|
Rata-rata
|
31,04
|
Hasil Pengamatan Pertambahan
Tinggi Vertikal Tanaman Hijauan Makanan Ternak Pada Minggu II
Rumput Brachiria decumben (BD) pada Plot ke-I
|
||||
|
39,00
|
51,00
|
45,00
|
45,00
|
47,00
|
43,00
|
46,00
|
36,00
|
49,00
|
46,00
|
41,00
|
45,00
|
56,00
|
|
43,00
|
43,00
|
40,00
|
56,00
|
|
46,00
|
|
55,00
|
|
46,00
|
Rata-rata
|
45,90
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada Plot ke-IV
|
||||
41,00
|
45,00
|
44,00
|
40,00
|
42,00
|
46,00
|
35,00
|
47,00
|
46,00
|
43,00
|
40,00
|
45,00
|
40,00
|
45,00
|
42,00
|
37,00
|
38,00
|
46,00
|
34,00
|
40,00
|
49,00
|
40,00
|
42,00
|
42,00
|
42,00
|
Rata-rata
|
42,04
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada Plot ke-VI
|
||||
28,00
|
|
|
32,00
|
25,00
|
22,00
|
|
23,00
|
37,00
|
23,00
|
27,00
|
25,00
|
25,00
|
26,00
|
28,00
|
26,00
|
33,00
|
|
23,00
|
30,00
|
28,00
|
21,00
|
36,00
|
|
|
33,00
|
29,00
|
21,00
|
35,00
|
30,00
|
|
38,00
|
29,00
|
32,00
|
31,00
|
27,00
|
28,00
|
30,00
|
30,00
|
33,00
|
23,00
|
30,00
|
28,00
|
|
31,00
|
26,00
|
22,00
|
|
33,00
|
35,00
|
35,00
|
34,00
|
35,00
|
37,00
|
34,00
|
Rata-rata
|
29,28
|
Rumput Setaria plot ke-II
|
||||
30,00
|
34,00
|
31,00
|
20,00
|
36,00
|
35,00
|
32,00
|
35,00
|
36,00
|
40,00
|
37,00
|
30,00
|
30,00
|
30,00
|
33,00
|
40,00
|
38,00
|
32,00
|
29,00
|
31,00
|
35,00
|
37,00
|
37,00
|
36,00
|
38,00
|
34,00
|
36,00
|
36,00
|
35,00
|
40,00
|
38,00
|
34,00
|
37,00
|
37,00
|
37,00
|
32,00
|
38,00
|
34,00
|
34,00
|
38,00
|
34,00
|
35,00
|
32,00
|
35,00
|
37,00
|
37,00
|
33,00
|
32,00
|
36,00
|
36,00
|
34,00
|
34,00
|
35,00
|
33,00
|
39,00
|
Rata-rata
|
34,62
|
Rumput Setaria plot ke-III
|
||||
37,00
|
33,00
|
23,00
|
39,00
|
|
33,00
|
20,00
|
31,00
|
41,00
|
37,00
|
32,00
|
39,00
|
34,00
|
33,00
|
39,00
|
28,00
|
29,00
|
31,00
|
37,00
|
34,00
|
|
31,00
|
32,00
|
31,00
|
35,00
|
Rata-rata
|
33,00
|
Rumput Setaria plot ke- V
|
||||
45,00
|
37,00
|
44,00
|
47,00
|
41,00
|
40,00
|
42,00
|
40,00
|
41,00
|
37,00
|
39,00
|
40,00
|
41,00
|
44,00
|
39,00
|
41,00
|
37,00
|
39,00
|
31,00
|
43,00
|
38,00
|
43,00
|
41,00
|
39,00
|
38,00
|
Rata-rata
|
40,28
|
Hasil Pengamatan Pertambahan
Tinggi Vertikal Tanaman Hijauan Makanan Ternak Pada Minggu III
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada plot I
|
||||
|
64,00
|
53,00
|
49,00
|
43,00
|
54,00
|
46,00
|
46,00
|
48,00
|
49,00
|
54,00
|
58,00
|
58,00
|
78,00
|
|
64,00
|
53,00
|
51,00
|
56,00
|
58,00
|
54,00
|
|
55,00
|
|
46,00
|
Rata-rata
|
54,14
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada plot IV
|
||||
50,00
|
54,00
|
54,00
|
50,00
|
52,00
|
45,00
|
45,00
|
57,00
|
55,00
|
53,00
|
50,00
|
53,00
|
50,00
|
54,00
|
52,00
|
46,00
|
48,00
|
55,00
|
44,00
|
50,00
|
48,00
|
50,00
|
52,00
|
51,00
|
52,00
|
Rata-rata
|
50,80
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada plot VI
|
||||
35,00
|
|
|
35,00
|
28,00
|
28,00
|
|
29,00
|
39,00
|
25,00
|
34,00
|
28,00
|
25,00
|
28,00
|
31,00
|
35,00
|
39,00
|
|
26,00
|
34,00
|
36,00
|
27,00
|
40,00
|
|
|
39,00
|
37,00
|
36,00
|
37,00
|
33,00
|
|
41,00
|
38,00
|
35,00
|
36,00
|
34,00
|
34,00
|
37,00
|
39,00
|
37,00
|
30,00
|
39,00
|
32,00
|
|
35,00
|
36,00
|
30,00
|
|
38,00
|
42,00
|
40,00
|
41,00
|
38,00
|
40,00
|
38,00
|
Rata-rata
|
34,65
|
Rumput Setaria plot ke-II
|
||||
38,00
|
44,00
|
39,00
|
28,00
|
44,00
|
44,00
|
42,00
|
43,00
|
46,00
|
48,00
|
46,00
|
40,00
|
38,00
|
40,00
|
41,00
|
45,00
|
48,00
|
41,00
|
39,00
|
39,00
|
41,00
|
46,00
|
45,00
|
44,00
|
46,00
|
40,00
|
43,00
|
44,00
|
45,00
|
49,00
|
47,00
|
44,00
|
43,00
|
47,00
|
45,00
|
41,00
|
47,00
|
44,00
|
44,00
|
47,00
|
42,00
|
45,00
|
42,00
|
45,00
|
43,00
|
45,00
|
40,00
|
40,00
|
46,00
|
45,00
|
41,00
|
42,00
|
45,00
|
43,00
|
48,00
|
Rata-rata
|
43,22
|
Rumput Setaria plot ke-III
|
||||
44,00
|
41,00
|
31,00
|
47,00
|
|
41,00
|
29,00
|
39,00
|
49,00
|
44,00
|
39,00
|
47,00
|
42,00
|
34,00
|
46,00
|
37,00
|
38,00
|
40,00
|
45,00
|
41,00
|
|
37,00
|
39,00
|
40,00
|
43,00
|
Rata-rata
|
40,57
|
Rumput Setaria plot ke-V
|
||||
53,00
|
48,00
|
52,00
|
54,00
|
45,00
|
48,00
|
50,00
|
44,00
|
45,00
|
46,00
|
42,00
|
47,00
|
48,00
|
49,00
|
42,00
|
49,00
|
46,00
|
46,00
|
38,00
|
49,00
|
47,00
|
51,00
|
47,00
|
46,00
|
47,00
|
Rata-rata
|
47,16
|
Hasil Pengamatan Pertambahan
Tinggi Vertikal Tanaman Hijauan Makanan Ternak Pada Minggu IV
Rumput Brachiria decumben (BD) pada plot
I
|
||||
|
73,00
|
53,00
|
58,00
|
57,00
|
64,00
|
56,00
|
56,00
|
57,00
|
|
64,00
|
68,00
|
68,00
|
88,00
|
|
54,00
|
63,00
|
61,00
|
65,00
|
68,00
|
64,00
|
|
65,00
|
|
56,00
|
Rata-rata
|
62,90
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada plot IV
|
||||
71,00
|
64,00
|
64,00
|
72,00
|
62,00
|
59,00
|
70,00
|
67,00
|
65,00
|
63,00
|
60,00
|
57,00
|
63,00
|
64,00
|
70,00
|
69,00
|
68,00
|
69,00
|
67,00
|
60,00
|
58,00
|
60,00
|
69,00
|
61,00
|
62,00
|
Rata-rata
|
64,56
|
Rumput Brachiria decumben
(BD) pada plot VI
|
||||
40,00
|
|
|
40,00
|
36,00
|
35,00
|
|
36,00
|
43,00
|
32,00
|
39,00
|
35,00
|
33,00
|
37,00
|
38,00
|
40,00
|
43,00
|
|
34,00
|
39,00
|
43,00
|
35,00
|
45,00
|
|
|
45,00
|
42,00
|
42,00
|
41,00
|
39,00
|
|
46,00
|
42,00
|
43,00
|
40,00
|
37,00
|
38,00
|
40,00
|
44,00
|
40,00
|
35,00
|
42,00
|
39,00
|
|
39,00
|
41,00
|
38,00
|
|
45,00
|
47,00
|
45,00
|
46,00
|
43,00
|
48,00
|
47,00
|
Rata-rata
|
40,37
|
Rumput Setaria plot ke-II
|
||||
47,00
|
54,00
|
51,00
|
37,00
|
46,00
|
55,00
|
49,00
|
52,00
|
55,00
|
56,00
|
57,00
|
53,00
|
50,00
|
51,00
|
53,00
|
58,00
|
58,00
|
52,00
|
49,00
|
50,00
|
50,00
|
57,00
|
54,00
|
56,00
|
57,00
|
49,00
|
56,00
|
53,00
|
54,00
|
58,00
|
55,00
|
54,00
|
51,00
|
57,00
|
53,00
|
52,00
|
57,00
|
54,00
|
54,00
|
55,00
|
54,00
|
55,00
|
52,00
|
54,00
|
51,00
|
54,00
|
51,00
|
52,00
|
56,00
|
53,00
|
52,00
|
53,00
|
54,00
|
51,00
|
56,00
|
Rata-rata
|
53,04
|
Rumput Setaria splendida plot
ke-III
|
||||
52,00
|
54,00
|
40,00
|
56,00
|
|
49,00
|
37,00
|
48,00
|
58,00
|
52,00
|
47,00
|
55,00
|
50,00
|
44,00
|
54,00
|
64,00
|
46,00
|
49,00
|
52,00
|
49,00
|
|
44,00
|
47,00
|
48,00
|
51,00
|
Rata-rata
|
49,83
|
Rumput Setaria splendida plot
ke-V
|
||||
67,00
|
53,00
|
57,00
|
60,00
|
55,00
|
58,00
|
59,00
|
54,00
|
53,00
|
56,00
|
52,00
|
57,00
|
53,00
|
57,00
|
52,00
|
59,00
|
56,00
|
56,00
|
50,00
|
56,00
|
63,00
|
60,00
|
55,00
|
53,00
|
57,00
|
Rata-rata
|
56,32
|
Tabel Rata-Rata Pertambahan
Tinggi Vertikal Rumput BD Tiap Minggu
BD
|
Pengamatan
|
|||
Minggu ke-I
|
Minggu ke-II
|
Minggu ke-III
|
Minggu ke-IV
|
|
Plot I
|
22,75
|
45,90
|
54,14
|
62,90
|
Plot IV
|
31,56
|
42,04
|
50,80
|
64,56
|
Plot VI
|
22,09
|
29,28
|
34,65
|
40,37
|
Rata-rata
|
25,47
|
39,07
|
46,53
|
55,94
|
Tabel Rata-Rata Pertambahan
Tinggi Vertikal Rumput Setaria Tiap Minggu
Setaria
|
Pengamatan
|
|||
Minggu ke-I
|
Minggu ke-II
|
Minggu ke-III
|
Minggu ke-IV
|
|
Plot II
|
25,42
|
34,62
|
43,22
|
53,04
|
Plot III
|
25,30
|
33,00
|
40,57
|
49,83
|
Plot V
|
31,04
|
40,28
|
47,16
|
56,32
|
Rata-rata
|
27,25
|
35,97
|
43,65
|
53,06
|
Tabel Rata-Rata Pertambahan
Tinggi Vertikal Rumput BD dan Rumput Setaria per Minggu selama 4 Minggu
Jenis HMT
|
Pengamatan
|
|||
Minggu ke-I
|
Minggu ke-II
|
Minggu ke-III
|
Minggu ke-IV
|
|
BD
|
25,47
|
39,07
|
46,53
|
55,94
|
Setaria
|
27,25
|
35,97
|
43,65
|
53,06
|
TREN PERTUMBUHAN RUMPUT BD PER
MINGGU BERDASARKAN TINGGI TANAMAN PER MINGGU
Keterangan: Grafik di atas menunjukkan bahwa
pertumbuhan rumput BD pada plot pertama di minggu pertama pertumbuhannya
drastis, dan pada minggu berikutnya pertambahannya bertahap, sedanggan pada
plot ke-4 dan ke-6 pertumbuhanya bertahap, dikarenakan faktor internal, dimana
pada plot pertama di minggu pertama nutrisi yang diperlukan oleh tanaman
tercukupi.
TREN PERTUMBUHAN RUMPUT SETARIA
PER MINGGU BERDASARKAN TINGGI TANAMAN PER MINGGU
Keterangan : Grafik di atas
menunjukkan pertumbuhan rumput setaria per minggu berbeda dari setiap plot, hal
tersebut dikarenakan faktor nutrisi yang terkandung didalam danah berbeda tiap
plot.
Tabel Rata-Rata Pertambahan
Tinggi Vertikal Rumput BD dan Rumput Setaria /Minggu selama 4 Minggu
Keterangan: Grafik di atas menunjukkan
pertumbuhan rumput BD dan rumput setaria, dimana pertambahan rumput BD lebih
baik dari rumput setaria dikarenakan pada rumpun setaria terdapat genangan air
sehingga nutrisi yang terkandung di dalam tanah larut bersama air.
2.
Hasil Produksi Segar HMT
HASIL
PANEN RUMPUT BD DAN SETARIA
A.
RUMPUT SETARIA
PLOT 2
|
|
No. Rumpun
|
Berat Rumput
Setaria/Rumpun/Kg
|
1
|
1,5
|
2
|
2
|
3
|
1,1
|
4
|
1,4
|
5
|
1,1
|
6
|
1,3
|
7
|
1,5
|
8
|
0,9
|
9
|
1
|
10
|
1
|
11
|
1,1
|
Jumlah
|
13,9
|
Rata-rata
|
2,32
|
PLOT 3
|
|
No. Rumpun
|
Berat Rumput
Setaria/Rumpun/Kg
|
1
|
1
|
2
|
1
|
3
|
1,7
|
4
|
1,5
|
5
|
0,5
|
Jumlah
|
5,7
|
Rata-rata
|
1,9
|
PLOT 5
|
|
No. Rumpun
|
Berat Rumput
Setaria/Rumpun/Kg
|
1
|
1,1
|
2
|
1,3
|
3
|
2
|
4
|
1,5
|
5
|
1,5
|
Jumlah
|
7,4
|
Rata-rata
|
2,47
|
B.
BD (Brachria decumbens)
PLOT 1
|
|
NO. Rumpun
|
Berat Rumput BD/Rumpun/Kg
|
1
|
1,6
|
2
|
1,7
|
3
|
2
|
4
|
1,7
|
5
|
1,7
|
Jumlah
|
8,7
|
Rata-rata
|
2,9
|
PLOT 4
|
|
No. Rumpun
|
Berat Rumput BD/Rumpun/Kg
|
1
|
0,7
|
2
|
0,2
|
3
|
0,2
|
4
|
0,5
|
5
|
0,3
|
6
|
0,3
|
7
|
0,1
|
8
|
0,3
|
9
|
0,4
|
10
|
0,3
|
11
|
0,2
|
Jumlah
|
3,5
|
Rata-rata
|
0,58
|
PLOT 6
|
|
No. Rumpun
|
Berat Rumput BD/Rumpun/Kg
|
1
|
0,8
|
2
|
1
|
3
|
1,1
|
4
|
1,6
|
5
|
1,7
|
Jumlah
|
6,2
|
Rata-rata
|
2,07
|
PERBANDINGAN PRODUKSI SEGAR
RUMPUT BD DAN SETARIA
|
|||
Nama Hijauan
|
Plot Ke-
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Setaria
|
2,32
|
1,9
|
2,47
|
BD
|
2,9
|
0,58
|
2,07
|
Rata-rata
|
2,07
|
1,49
|
2,51
|
PERBANDINGAN PRODUKSI SEGAR
RUMPUT SETARIA PER PLOT (kg)
PERBANDINGAN PRODUKSI SEGAR
RUMPUT BRACHRIA DECUMBENS PER PLOT (kg)
Keterangan dari grafik di atas adalah:
Pada plot pertama produksi segar rumput BD sangat tingga
dibandingkan pada pruksi segar pada plot kedua, hal ini dikarenakan lahan plot pertama
tidak tergenang air, tanahnya subur sehingga hasilnya yang didapatpun maksimal.
Sedangkan pada plot kedua rumput BD digenangi air, sehingga rumput tidak mampu
menyeram air yang ada sehingga produksi segar yang dihasilkan tidak maksimum
atau rendah.
PERBANDINGAN PRODUKSI SEGAR
RUMPUT SETARIA DAN BD (kg)
Dari grafik di atas perbandingan produksi segar rumput
BD dengan Setaria sangat berbeda jauh. Pada plot 1 produksi segar HMT yaitu
bahwa produksi segar rumput BD lebih tinggi dibandingkan rumput Setaria
dikarenakan beberapa faktor.
Pada plot 2 produksi segar HMT yaitu bahwa produksi
segar rumput BD lebih tinggi dibandingkan rumput Setaria dan jaraknya sangat jauh dikarenakan beberapa
faktor diantaranya faktor air. Dan pada plot 3 produksi segar HMT yaitu bahwa
produksi segar rumput BD lebih tinggi dibandingkan rumput Setaria, namun
perbandingannya tidak terlalu jauh.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bahwa setiap jenis
rumput berbeda cara penangannya, jadi apabila 2 jenis rumput cara penanganannya
sama, maka hasilnya berbeda. Begitu juga pada rumput BD dan Setaria.
Dalam memelihara HMT
kita juga harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor
lingkungan.
B. Saran
Sebaiknya jika kita
akan memelihara atau menanam HMT yang dicampur dengan HMT lainnya atau Legumnya
lainnya kita harus memperhatikan apakah tanaman tersebut cocok dengan tanaman utamanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Penuntun Praktikum Agrostologi
Komentar
Posting Komentar